Senin, November 23

Sembilan Belas



Hari ini adalah hari membuat harapan...
"Make a wish!" kata orang sebelum meniup dua angka berapi ditempel diatas kue toko (yang konon jarang sekali bantat).

Haruskah saya sebut apa harapan tadi pagi?ketika tiga orang terkasih itu datang membawa berjuta harapan agar saya terkejut kejang. Baiklah, ini diantaranya:

Pertama, "Nyekar ke makam eyang kakung dan uti..."
Entahlah, apakah begitu egois ketika harapan pertama tidak ditujukan pada orang-orang yang masih berada di sekeliling sini, diatas bumi bukan di dalam gundukan tanah bernisan. Ngeri mendengar kata nisan. Tapi, saya sungguh rindu beliau berdua. Saya ingin menyampaikan beberapa laporan kerja selama beberapa tahun ini, laporan kejadian semasa hidup saya. Mereka pasti ingin tahu. Dan, salam untuk Tuhan, terimakasih saya bisa menjemput sembilan belas.

Kedua, tentang ayah, ibu dan dua tuyul yang selalu menanti kabar disana. Mereka harus tetap dalam keadaan bahagia. Saya rindu. Disini, jauh disini, saya ingin belajar, banyak hal yang kemudian akan berguna nantinya. Semoga.

Ketiga, ah, terlalu banyak permintaan, tapi belum cukup bila saya tidak menyebutkan 'persahabatan'. Kami, akhir-ahir ini begitu jauh. Jarang sekali bersama. Entah mengapa seharusnya saya bisa terus bersama mereka. Tapi sekali lagi, ini masalah kepentingan, kini telah berbeda dan kami tidak bisa selalu bergandeng tangan. Tetapi, mereka tetap ada disini, menempati porsi yang telah saya tetapkan. Saya sayang kalian keripik pisang.

Masih, ya, entah ini yang keberapa. Tapi saya ingin bilang, saya sayang padanya, lelaki warna pelangi. Jangan segera pudar di langit saya yang setahun lalu mendadak cerah setelah sampean ada.
Juga untuk keluarga kedua, yang senantiasa mecurahkan limpahan kasih begitu besar. Saya sayang kalian.

Tidak ada komentar: