Rabu, Maret 25

Ratu Merah Hati


Tiga lampu menghadang di perjalananku kala itu, menyaksikan sosok ringkih yang telah dimakan masa. Meminta-minta dengan paras memelas. Hujan mengguyur tak memupus harapannya untuk dapat makan hari itu. Ia sepantaran dengan bunda kira-kira. Aku terhenyak.

Bunda pernah berkata padaku,”Bagaimana bila aku tua nanti? Apakah kau mau mengurusiku, nak?”

Gerangan apa yang membuat beliau berkata demikian. Ia membuatku berprasangka. Aku menjawab,”Ibu ngomong apa si? Ngaco. Ya mau laahh.”

“Dengan tenagaku yang telah terkikis, yang tak bisa mengambilkanmu nasi satu setengah centong lagi, yang tak sanggup lagi mengurusimu. Apa kau masih mau?” bunda menangis, aku jarang melihatnya selemah itu. Biasanya beliau sosok yang kuat, atau itu artinya kuat memendam perasaan yang baru saja disampaikan?

“Bun, apapun yang terjadi padamu, kau tetap ibuku. Yang mengandungku dan menjagaku hingga sekarang. Bersama ayah yang memang tak pernah menjangkau kami tiap waktu. Kami sayang kalian. Kulakukan segalanya untukmu. Aku baru pernah melihatmu selemah ini. Tanpa diminta tanpa ditanya, aku akan melakukannya.”

Itulah pertama kalinya bunda menceritakan kegelisahannya padaku. Saat beliau bertanya demikian, aku berusaha tuk meyakinkannya, menghilangkan segala kegelisahan yang dirasa. Setelah itu, aku menangis, tanpanya tentu.

Ketakutan Ratu-ku, baru saja diceritakan.

Aku menyayangi Ratu Merah Hatiku itu. Ia hidup, nafas dan peninabobok handal kala malam.

Kamis, Maret 19

Lagi...sebelum bulan kelima...


Ini tentang si pemberi inspirasi. Lagu cintanya yang tak terlalu terdengar hingga musim ini. Musim yang terhampar bunga sebagai penghias bumi, sayang bila dipijak.

Harum segar baunya yang setiap saat merebak tiap kali kudekat dengannya, si pemberi inspirasi. Belajar banyak tentang kehidupan bukan lewat bisikan, tapi kata-kata yang lugas. Yang tak manja namun selalu manis.

Seperti saat ia meninggalkan jejak tapak kaki di rumah bening ini, bau parfum yang segera hilang membuatku takut. Bagaimana bila aku tak hanya sekedar kehilangan bau parfumnya? Bila tak lagi mendapat hal manis di jarang waktu? Yang tak pernah disangka.

Selama kurang dari setahun ini, ia telah mengajariku banyak hal. Bagai seorang ayah yang mendampingi anaknya hingga pandai berjalan. Dari merangkak hingga terjatuh saat berusaha berdiri.

Ia menemukanku saat merasa tak ada lagi yang patut di jadikan sangga tuk bertahan.

Aku mulai khawatir T.T

Aku baru mendengar hal itu beberapa waktu lalu. Di mana ia harus menempuh ujian dan coba di saat yang telah ditentukan. Si pemberi inspirasi itu, akan pergi cukup lama.

Sesuatu itu begitu menyesakkan “Lagi-lagi ketakutan lama,” sabdanya

Ini memang ketakutan.

Aku berlari.

Hamparan musim semi penuh bunga kini tak terlalu mencuri perhatianku lagi.

Si pemberi inspirasi adalah hari. Esok ia pun tetap hari. Lusa ia tetap menjadi hari. Menghitung waktu hingga coba dan uji menjadi saat yang dinantikan, berurusan dengan semua orang dan rutinitas. Aku tak takut ia terlarut dalam rutinitas, aku takut ia luruh bersama musim semi lain.

Senin, Maret 16

I do


"i'LL be there for you..."katanya

Rest In Peace #2

Yah...harus saya beri judul apa atas kematian Nemowati tercinta?
Berduka Cita sedalam-dalamnya... Ia tiba-tiba tergeletak begitu saja di dasaran akuarium, tak bernyawa.


Rest in Peace, Nemowati...


Kotak itu kembali kosong, sepi...

Desperado Cinta Yang Hilang

Kebencian ini terus merasuki rongga dada. Aku dipaksa tuk melampiaskannya. Tapi aku takut menyesal, takut sekali. Maka itu aku berpikir, panjang. Hingga aku lupa bagaimana cara menunjukan amarahku, karena sekali lagi aku takut menyesal. Lebih baik memendamnya, pikirku. Tapi hanya menjadi bom waktu, sia-sia. Suatu saat pasti meledak, bukan?

Namun, aku tetap takut menyesal. Aku takut menunjukan amarah. Ia senantiasa tersimpan di dalam sini, meletup-letup ingin keluar. Seperti seorang ibu yang merasakan tendangan sang bayi dalam kandungan, ingin menjebol lapisan-lapisan perut.

Lalu bagaimana sekarang?
Akhirnya, aku akan tetap menahannya.
Hingga waktu yang entah. Selama aku bisa, kataku.



To Duble Sista
“tetap semangat!”

Sabtu, Maret 14

Rest In Peace


Berita Duka
Telah meninggal dengan tenang :
IWIK KYAN GIE ( IWIK )
Sabtu dini hari, pukul 01:10 WII
(Waktu Indonesia Ikan)
Meninggalkan pelet-pelet kesukaannya di dalam akuarium
Semoga Iwik di terima di sisi-Nya,
atas kebaikan-nya menemani di kala kesepian…


Keluarga yang Berduka
Maya Kyan Gie
*hiks…hiksss*






Lelayu
Telah di panggil Tuhan dengan tenang
IWAK HYA GYO ( IWAK )
Sabtu Pagi, pukul 06:15 WII
(Waktu Indonesia Ikan)
Semoga kenakalannya terhadap Iwik dan Nemowati di ampuni Allah S.W.T
Amien…

Ermaya Maya,
and Fams

Kamis, Maret 12

PinguItuuuuu


Pingu itu dia.
Punya nama kebarat-baratan tapi wajah ketimur-timuran.
Wibawa yang melekat erat pada wajahnya, tak bisa terpisahkan.
Gelak tawanya yang menggelegar, senang bila mendengarnya.

Pingu itu dia.
Yang tak pernah membisik,
tapi mengusik.
Yang selalu saja kubuat terusik.
Suka musik berisik.

Pingu itu dia.
Yang memberi warna terhitung dari Minggu gerimis itu.
Dan aku ingin dia mengulanginya lagi.
Di tempat yang sama.
Di angka yang sama.
Dua Puluh Enam.

SenyumSenyumSenyumUntukPingu

Pingu-pun punya akuarium. Besar sekali. Enam puluh senti. Kemarin aku diajak melihat ikan-ikan di dalamnya. Seperti dunia ikan. Semua teman Nemowati ada di situ. Menakjubkan! Ada belut, ada terumbu karang, seperti sea world. Pingu memang perfeksionis sekali. Ia jadikan akuarium itu sama seperti tempat tinggal para penghuni di dalamnya.

Namun beberapa hari ini, ia mengeluhkan ikan-ikan sea world nya yang satu per satu mati. Kasihan oh kasihan. Pingu yang sabar yah. Mereka masih belajar beradaptasi. Menyusun paradigma di dalam. Berlatih me-metateorikan. Pokoknya intinya adaptasi lah, Pingu! Oke..oke..

KisahSangPenjemputMimpi


Tak bisa di jelaskan, seperti apa wajah sang wanita penjemput mimpi yang kutemui di senja Februari. Ia menunduk diam dengan kegalauan yang ia simpan dalam-dalam. Wanita itu kebingungan. Parasnya memancarkan kilau hatinya yang bimbang.

Selalu bertanya, kemana pria-ku? Mengapa ia pergi? Apakah ia tak tahu aku begitu merindunya? Bagaimana perasaannya padaku? Jadi ia anggap apa selama ini perjalanan yang begitu berkelok dilalui, begitu mudah ia tinggalkan.

Wanita itu akhirnya menangis. Melegakan hati yang miris akan kerinduannya pada sang pria. Ia terpuruk, namun ia segera bangkit. Untuk apa? Untuk menjemput mimpinya yang terhambat oleh pria pesakitan. Pria yang telah lama ia kurung dalam bongkahan kristal hati.
“Selamat tinggal keterpurukan…” ujarnya dengan senyum mengembang.

Selasa, Maret 3

WelcomeNemowati


Selamat datang Nemo-ku, selamat datang dua biru keunguan-ku di akuarium empat puluh senti dengan sirkulasi yang sudah dirasa baik. Aku akan menjaga kalian, meninabobokan kalian, dan tak akan seperti Ghia yang mencabut gelembung oksigen dari akuarium bulat bersinar.

Kalian sungguh menakjubkan. Terimakasih, Pingu. Berkat kau angan-ku tentang Nemo terwujud. Tak lagi pikiran ini mengawang jauh seperti apa memiliki Nemo, sekarang cukup melihat ke arah bawah jendela, di situlah surga anganku terletak. Ingin selalu memberi-nya makan, namun sayang hanya sehari sekali ia boleh di manja dengan pelet-pelet kesukaannya.

Hanya tinggal memberinya nama. Sudah ada sejak lama beberapa daftar nama *boong, cuma satu nama* Nemowati! Kedengaran aneh namun itu pemberian Pingu. Aku suka nama itu, karena itu dari Pingu. Konyol tapi Pingu kreatif sekali.

Nemowati...sebuah tanda cinta di level ke-4. Sebuah perjuangan dari kami berdua *Pingu lebih berjuang*. Dan akhirnya tercipta, Nemowati. Angan menjadi Nyata. Mimpi menjadi Realita. Hoho. Pingu...pingu..pingu...

Ada dua penghuni lagi di akuarium berukuran empat puluh sentimeter, dua ikan biru keunguan. Membiru bila merasa aman, meng-ungu bila merasa takut *ini asli kata temennya mas Martha, yang menjaga toko ikan laut*.

Selayaknya anak yang baru lahir, seperti Nemowati, mereka berdua tak ketinggalan di beri nama, IWAK dan IWIK *saking susahnya cari nama lagi*. Si Iwak lebih besar dari si Iwik. Si Iwak lebih lincah dari si Iwik. Dan begitu seterusnya.

Dan akhirnya saudara-saudara! Saya ucapkan, Selamat Datang Nemowati, Iwak dan Iwik. Pemberian Pingu yang tiada tandingannya. Keprok..keprookk...

RidhoAllahRidhoOrangTua

Ayah…dalam kesendirian anakmu ini, aku mengingatmu. Setiap saat, setiap adzan subuh berkumandang, kau meneleponku, membangunkanku dari buaian mimpi. Menanyakan, “sudah sholat, nak?”
Aku menjawab dengan malas, “belooomm…” kau menutup telepon dan membiarkanku tersadar sendiri. Apa yang terbaik untuk diriku. Namun sekarang kau sudah jarang melakukannya, aku jadi merasa kehilangan sapaan pagi hari-mu itu, bagai sarapan kala subuh.

Bunda, katanya kau ingin membeli notebook? Kau minta di ajarkan membuat facebook? Kau ingin aku cepat pulang. Aku segera pulang, bunda. Bersamamu menjelajah dunia maya. Membuatmu tahu, betapa teknologi telah menjadi kebutuhan kita. Teknologi menjadi utopia dalam kehidupan kita kini, namun sekaligus menjadi dystopia yang mengancam.

Rasanya terlalu cepat bila ku mengingat saat-saat aku masih di gendong olehmu, ayah. Memetik belimbing di samping rumah. Belajar sepeda roda bantu di lapangan bawah. Mengobati luka jatuh dengan obat merah, hingga aku memberanikan diri belajar menunggangi kendaraan bermotor. Bayang-bayang saat aku kecil berkelebat dalam memori.

Beberapa waktu lalu, engkau menceritakan tentang kesusahan kalian ber-lebaran saat tak ada kendaraan dulu. Saat aku masih dalam balutan selimut gulung. Saking prihatinnya, aku pernah dikeluarkan dari bus lewat jendela. Seperti apakah saat itu? Kalian panik, kalian tidak ingin aku terluka atau bahkan tak bisa bernapas dalam pengapnya bus-kota. Aku bisa berkata apa? Selain terimakasih ayah, bunda, kalian masih menjagaku hingga sekarang.

Dua malaikat-ku, Allah selalu melindungi kalian.

Minggu, Maret 1

KelasAtoBimbel

Ternyata kuLiah MPS masuk di jam setengah 11,dari waktu yg di jadwaLkan pukuL setengah 10. .
Kukira kosong, dan akhirnya kutinggaL ke perpus. .sekembaLinya dari perpus, sosok d0sen itu kuLihat tengah terburu2 menuju keLas-ku,MPS. .
KuLiah?iyaLaaahh. .buLatkan tekad tuk menimba iLmu *huahuaaa*

Dan. .voiLa!
KeLas ini bagaikan bimbingan beLajar di kampus UGM. .awaLnya hanya 20 orang terpiLih *entah ikhLas atau tidak, tapi aku ikhLas masuk koc :'p * yang meLenggang ke kelas dan bersandar di bangku merah itu. .tak brapa Lama kmudian,
karena kcanggihan teknoLogi dan provider ceLuLLar yg makin gencar bersaing untuk 'murah-murahan', dan juga anak komunikasi yang berbakat menyebarkan virus2 cinta...halah...tujuh sampai sembiLan orang menyusuL seteLah 15 menit dosen memuLai
KuLiah *yg terLambat*

Alangkah beruntungnya aku. .masih bisa mengikuti kuLiah *hehehe (tawa garing)*
Hidup kuLiah yg bagaikan bimbeL private pri**g**a!horee. .horee. .sorak2 empat Lima!

KriminalitasMantanCalonPencuri

Oh, my Godness bala-bala!!

kejadian maLam itu membuat badanku gemetar. .seperti mimpi,ketika dua orang setan itu melakukan aksi-nya menyerobot katiem*hape trsayangku*...

BiLa kuingat,maLam itu aku bersama teman semasa SMA,kami tengah meLalui perjalanan pulang...tiba2 dua orang dari arah kiri yang juga menggunakan kendaraan bermotor menyerobot katiem yg sedang kugunakan untuk meng-SMS seseorang
*yg untungnya sampai sekarang aku bersyukur. .katiem masih ada di genggamanku. .*

Gemetar. .gemetar. .gemetar. .
Kami mendapat pelajaran dr kejadian malam itu. .bahwa jangan pipis di sembarang tempat!?

Grrrrr. .niat buruk kalian adalah pelajaran berharga untukku,haiduasetanyangberniatmencurikatiemyaituhapeQ...

Aku tetap mengucapkan secuil*saja* rasa terimakasih yg mendalam. .agar aku lebih hati-hati dalam menjaga katiem. Agar aku tak gegabah lagi dalam mengelola waktu untuk menggunakan pulsaku. .

Haiduapencuriyangberniatmencurikatiem, aku sempat mengumpat pada kalian. .tapi itu hanya emosi sesaat. .kepanikan melanda. .maafkan aku *minta maaf pada pencuri??Oh, freak!*

Okay,akhirnya,semua memang salahku. .yang memancing kalian tuk mencuri di malam hari yang masih ramai*pencuri beg*!nyuri pas masih ramai, di hakimi massa baru tau rasa*. .

Kalau aku bertemu kalian, aku ingin menyapa kalian...aku ingin jepret muka kalian menggunakan Pingkan. Dan kukirim gambar kalian ke para bapak berseragam coklat-coklat! Atau tiba-tiba di sepanjang pinggir jalan Jogja ada muka kalian dengan judul "Dua Mantan Calon Pencuri Katiem".

Kalian hebat, kalian malang...wahai duapencuriyang berniatmencurikatiemyaituhape-ku!