Rabu, Februari 22

Kejut

Kejutan tak selalu membahagiakan, bayangkan bila dia suka madu tapi kau beri bunga? Walau sama-sama manis namun magisnya berbeda.

Dendam


Kalau saja dendam menjadi sisi baik dalam hidup ini, mungkin semua orang berkata akulah orang terbaik didunia. Kalau dendam itu cela, julukan apa yang berlaku padaku?

Terlalu Cinta

"Segalanya yang terlalu itu memang tidak baik."

Bagaimana kalau terlalu mencintai? Apakah tak baik pula. Atau hanya berlaku bagi hal-hal yang tidak baik? Tidakkah semua yang berbau cinta itu baik? Atau ada semacam cinta berenergi negatif? Ceritakan padaku.

Quote

"Bila kau ingin satu. jangan ambil dua. Karena satu itu menggenapkan tapi dua melenyapkan."







Mencari Herman, 2004

Pilihan

Kalau kisahmu tergantung di delapan sisi mata dadu dan kau bisa merubahnya sesuka hati, mana yang mau kau pilih? Bulatan satu, dua, tiga, 17 ata 24?

Kamis, Februari 16

God

Dear God,

I keep waiting for snowy rain but it never come yet. You hear me?

Rabu, Februari 15

I just Want to be Happy

She flew in the past (but ruin my now on).

Nothing to do. Just have to smile, hold back the tears. And,


Just walk away, enjoy everytime everywhere.
Why must keep all those thing that may hurt.
Life's like a box of chocolate, we never know, keep walk in that line.
Think that you can do with or without.

I just want to be happy, all day long :D

Senin, Februari 13

Si Pencipta Ceria

Beberapa hari ini serangan detak jantung menggebu menyerangku. Kita begitu dekat tak ada jeda, dua jengkal sudah membuatku panas dingin. Aku curi pandang melihat pipi kirimu, kau serius menatap kedepan. Harusnya kau tahu aku tengah menatapmu sembari tertawa geli dan menunduk, tapi kau tetap menatap kedepan. Optimis sekali.

Kita sudah lama saling mengenal, kita sudah lama menyelami hati masing-masing. Namun ada sisi lain darimu yang sulit aku raba lekat-lekat. Kau adalah kata-kata yang selalu terngiang dari bangun hingga akan tidur. Kau adalah pemenang masa lalu. Kau adalah nada dengan senandung cinta diantaranya. Kau adalah penyelam handal, pembaca pikiran yang cergas. Sementara aku kurang bisa menyelam walau hanya sampai palung hatimu, kapan dasar akan bisa kurengkuh?

Kadang aku cemas, teramat cemas.

Aku tak mau orang lain yang menjagaku. Aku tidak mau tawa ini bukan karenamu. Aku kurang suka bila tangis ini bukan karena berpisah denganmu. Ini hasil selamanku dari permukaan hingga entah. Karena kau tercipta sebagai keceriaanku.

Rabu, Februari 8

Kota Pelangi

Pagi ini, aku menuju kotamu. Kota pelangi yang belakangan ini sering aku pijak lalu kutinggalkan. Jangan lupa janjimu untuk memohon pada Tuhan, jangan pernah hilangkan pelangi dari atasnya. Karena aku datang untuk meminta warna surga, putih sucinya. Kebahagiaan.

Ayah

A father is always making his baby into a little woman. And when she is a woman he turns her back again. - Enid Bagnold

Terburu-buru, pagi memilih temanya sendiri. Sabun yang menyusuri tubuh tak detil, cepat dihempas air dengan kencang. Berkali-kali sudut mata menengok angka sebelas, berharap detik tidak berdetak cepat. Pakaian serobot almari. Bedak bayi dan kunci.

Ini ritual yang tidak bisa ditinggalkan, pamit pada pemilik kunci kendaraan. "Aku pergi.."

"Uhuk, uhuk! " suara dari kamar, kusibak gordyn, lalu aku lihat tubuh lemah berwajah pucat.

"Antarkan ke dokter dulu, ya."

Kau pernah merasakan? Diburu waktu lalu dihadapkan dilema. Ya, kicau burung mungkin paham kala itu. Mereka seperti meledekku, menungguku mengambil prioritas mana yang lebih penting. Padahal keduanya sama-sama tak kalah hebat.

Ujian dan Ayahmu yang sakit.

***

15 menit kemudian sampailah ke klinik sakit kecil yang ditunjuk ayakhu tadi, hanya ada dua orang didalamnya, dokter dan susternya, begitu sederhana. Bahkan pasien lainpun tak ada.

"Sekarang berangkatlah, nanti terlambat!"

Sebenarnya ini sudah sangat terlambat. Sekali lagi aku tengok klinik dan isinya,
"Kenapa harus disini?"

"Karena mereka sederhana, tapi mereka tahu pasti cara mengobatinya. Cepat pergilah."

"Bagaimana ayah pulang kerumah?"

"Dokter itu mau mengantar."

Jadi, apa jawabanmu semestinya? Aku meninggalkan ayahku di klinik yang dokternya mau mengantar pasien pulang. Aku timbang-timbang, ujianku juga penting, jadi haruskah aku meninggalkan ayahku sendiri?
"Tunggu apalagi? Cepat sana.."

"Tapi..." sosok itu berlalu meninggalkan sambil terbatuk.

Dia yang biasanya bersiul dengan lovebird peliharaannya. Yang biasanya mengaduk nasi basi untuk ayam dibelakang rumah. Sekarang berjalan agak tertatih, kalah oleh sakitnya.

Sepanjang perjalanan aku berpikir, mengapa sebelum ini aku tidak begitu peduli padanya? Tidak pernah menanyakan kondisi kesehatannya?

***

Sepulangnya, aku belum melihat tanda-tanda kepulangan ayah. Aku kirim pesan,
"mau dijemput?"

"Sudah sampai masjid, tadi cari becak nggak ada.."

Ternyata dokter itu tidak pernah mengantarnya pulang. Dan angkutan umum mengantarnya hanya sampai ujung jalan, 2 km jarak untuk menempuh rumah dengan jalan kaki.

Aku menangis sambil memacu kendaraanku, menjemput sebelum aku jadi anak tak kenal balas budi.

Minggu, Februari 5

Senja, Hujan dan Angin

Tadi aku sempat melihat senja memancarkan kuning mempesonanya, mendekati orange berpadu dengan gelimang awan yang masih bertabur sedikit putih, menuju malam. Kini tak disangka gelontor lebat hujan meramaikan suasana yang syahdu, aku tertawa, cuaca saja bisa cepat berubah. Apalagi tahun, pergantiannya begitu saja bisa dihitung, satu, dua dan tiga. Seolah satu itu hanya geseran detik saja, padahal satu itu terdiri dari 12 bulan dimana satu bulannya 30 sampai 31 hari.

Cukuplah pelajaran berhitung yang anak kelas dua sekolah dasarpun bisa melakukannya. Hampir 2 jam hujan ini turun lebat,dan selama itulah bayang lelaki mengagumkan itu hadir. Apalagi yang sebenarnya dipikirkan? Segalanya.

Sempat senyum simpul menggoda mengingat ketika pertama kali kami berkenalan, hanya lewat satu memoria saja kami bisa sampai dengan sekarang. Lewat ucapan lebaran yang menghanyutkan kami terus bermain kata hingga tahun ketiga. Dan dengan seloyang pizza dia berhasil mengambil hati saya *sampai sini jangan ada yang tertawa, hati ini begitu murah terdengarya, hanya ditukar dengan seloyang pizza untuk berdua ;;)*

Bahkan seminggu kemudianpun menjadi begitu bermakna, berurai hujan di pelupuk mata, ketika lelaki itu berkata sesuatu, menggetarkan dan membisukan bibir yang sudah berkali-kali mengenyam bangku pendidikan. Karena sabdanya tidak dapat dicerna oleh teori maupun praktek di sekolah. Butuh mengerti pelajaran kehidupan untuk mengendalikan. Iya, dia meminta saya untuk menjadi teman terdekatnya.

Pergolakan batin, kala itu saya masih dalam status yang tidak jelas. Walau masih anak kecil, saya sudah punya pacar 5. Haha! Bukan hal yang patut dibanggakan, namun dari sekian banyak cowok (ya, saya menyebut mereka cowok) hanya satu yang saya anggap sebagai lelaki, dan semoga kelak menjadi pria dan pemimpin yang baik. Saya jawab permohonan lelaki ini dengan bismillah dalam hati :p

Tahun pertama ketika menulis menjadi satu-satunya hal menyenangkan, kutuliskan semua hal tentangnya di semua laman dan jejaring. Tahun kedua menjadi tahun yang sedikit merosot, memang dua menjadi angka yang sudah tak prioritas lagi. Tahun ketiga, hampir lupa dan sedikit ingat celoteh disemua laman yang ada. Ah, tiap tahun memang begitu banyak yang berubah, seperti kataku tadi, bahkan senja yang mencinta sekalipun bisa lesap tergantikan kelam. Walau hanya untuk berubah jadi malam.

Lelakiku, jika bisik ini bisa sampai padamu, terbawa angin dan helai daun yang menjelma menjadi sebuah ruang udara yang berbaris rapi menggantikan alat sesederhana kaleng telepon, aku membisik pelan, untukmu yang sudah cukup mengerti bagaimana aku, selama tiga tahun lebih ini, tak henti-hentinya aku berdoa, jika kelak memang garis kita tak akan terhenti maka aku patut bersyukur, namun jika garis itu tak tahan lagi menggores rapi, tibalah analogi senja berlaku pada kita berdua, jangan pernah berubah. Kisah tak selamanya harus menjadi mimpi buruk yang menjelma menjadi kenangan.

Aku mau menjadi angin ditengah belantara hujan. Dia bisa kapan saja pergi, kapan saja berhembus kemudian hilang. Aku mau menjadi sepertinya dalam bab dapat kapan saja pergi dan berhembus, tidak untuk hilang. Aku mau menari menuju tempatmu kini berdiri, mengajakmu berkelana meraih asa yang tinggi, berakhir dengan jatuh dipelukanmu.

Aku menunggu untuk kita menjadi lebur bahagia.

Sebelumnya, mari kita cari jalan untuk merancang segalanya. Menuntaskan kewajiban yang sudah semestinya. Ingat, kalau aku angin aku akan selalu berada disekitarmu tanpa membuat kau beku. Aku dengan senang hati menghantarkan semua keperluanmu. Sedianya aku membantu. Sebisaku. Jangan pernah kau merasa memikul sendiri bebanmu.

Kini malam sudah berbatas dengan pagi. Saatnya beradu dengan Tuhan, tawar menawar mimpi. Untukmu, kalau aku bisa benar-benar menjadi angin hal yang paling ingin kulakukan adalah terbang mengikuti jarak yang membentangkan kita, sesampainya akan kutatap dalam wajahmu sebelum akhirnya berucap, aku begitu benci jauh darimu.

Rabu, Februari 1

The Present

Just got a special gift from napo, this is a picture of it ♥


Thank you, love. And I'll be in it, the responsible reefer ♥

Thank you, for the awesome designer, Bang Ipul! Good Job, bang <:-D

Celebrating The Day <:-D


Happy cake day, happy bornday, my peluk-able.

I would like to once again wish my dearing, loving a happy happy birthday.
I'm glad to having you around.
*beer*