Senin, Oktober 25

24

Beberapa jam lagi setahun yang lalu terulang.
Dua tahun yang lalu muncul ke permukaan.
Hidup ini tak jauh dari kenangan, dan

Kebanyakan senang,

Terimakasih, sudah sampai sejauh ini.
Mari kita lihat besok, apakah kita tetap se-unyu hari ini.
Atau bahkan hanya tinggal mimpi.

Dan akhirnya semua punya waktu buat termenung,
terutama untuk dua tahun terkasih yang pernah dijalin.

Selamat, selamat, selamat dua puluh empat! :D

Memori dan dua tahun lagi

Aku selalu belajar darimu segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi, aku selalu merekamnya dalam keterbatasan memori ini.
Aku juga selalu belajar dari serat emosi yang terasa panas mengikis sabar.
Aku tak bisa membaca pikiran, aku hanya bisa membaca gerik dan tiap lompatan. Untuk lebih tinggi maupun lari dari kenyataan.

Aku yakin suatu saat, ketika menua banyak yang hilang dari pikiran, sekali lagi, keterbatasan memori.
Aku juga paham ketika wajah makin lapuk dimakan usia, tidak akan cantik lagi jadinya. Saat itulah semua benar-benar diuji.

Namun hati, tak seperti keterbatasan memori. Dia selalu menyimpan, merasa, berdesir ketika hati yang lain berada di dekatnya.
Yakinlah, bahwa kau dihatiku, dan belum terjamin selalu ada didalamnya. Kita ini manusia, banyak hal yang akan terjadi dua tahun lagi.

Selamat belajar selalu,
bergembira bersama selalu menambah kapasitas memori,
tentu lelah bila menguburnya dalam hati.

Kamis, Oktober 14

Tentang Menyerah, Sembilu Hati dan Senyum

Senyumku masam, ketika kuingat buliran air mata jatuh ke pipi yang kini tak mulus lagi.
Pikiranku menyelinap pelan ke masa dimana hanya ada aku, kau dan stagnansi.
Pelik memang,namun bagaimana konflik menghadapi sang stagnan dapat kita menangkan?
Atau menyerah? Hmm, tidak!

Memang kini segalanya telah baik-baik saja, namun tetap ada sedikit rasa mengganjal, ada yang tak terjelaskan. Aku dengan sembilu hati, berniat bilang padamu, bahwa semuanya begitu berharga menjelang dua puluh empat purnama ini. Itu sedikit sesalku, tak kubincangkan padamu. Saat kau membaca ini, pasti kau mafhum :)

Kinipun bumi akan terus berputar, meroda meninggalkan silam yang tertanam. Berada diatas maupun dibawah semoga kita tak bercorak hitam, kecuali wajahku yang tak bersinar lagi seperti dulu. Rona merah ini makin pudar karena aku makin tua, tak terawat pula. Usaha apapun untuk mengembalikannya tidak berhasil juga.

Aku, sekarang, menjalani hari untuk kemudian memberi senyum pada tiap pilihan :)

Rabu, Oktober 13

Garis, Kucoba agar Lebih Berwarna

Hai, apa kabarmu?
Aku selalu ingin menanyakan itu ketika mata dibelai mentari pagi.
Khawatir suatu hari dia akan lupa dengan tugasnya,
membangunkan dengan seringai sinarnya seperti biasa.
Kalau demikian, aku tak bisa lagi bertanya, akan kemana hari ini?

Akhir-akhir ini terus memutar otak agar mewarnai setiap garis yang kita ukir.
Terkadang dengan pemikiran egois, tidak mau garis itu berhenti di satu titik, yang tidak terhubung.
Namun bila itu terjadi, hendaknya masing-masing dari kita membuat kembali garis kita sendiri.

Ingin memberi sebuah kejutan, namun aku tidak bisa menemukan apa hal yang bisa mengejutkan.
Ingin memberi kasih sayang sedalam lautan seperti para penyair bilang, namun tak cukup pandai dalam hal percintaan.
Bukankah beberapa kali mengukir garis bisa saja bukan parameter untuk mengukur sebuah pengalaman?
Karena terkadang akupun kebingungan.

Lelaki disetiap hari,
Kalau kau rasakan ada sedikit perbedaan sekarang, aku tak yakin. Karena yang pernah ku uraikan kemarin ternyata tak benar-benar berjalan.
Rasa ini masih sama, bahkan lebih setelah kemarin ini.

Hanya bisa bilang pada semua boneka yang tiap malam temani tidur, kuanggap mereka temanku,
Bila ternyata kita jatuh nanti, semua sudut kota ini adalah saksi, bahwa ada yang pernah pernah bahagia, pernah tertawa dan sedikit duka menerpa.
Bila kita jatuh nanti, sepertinya butuh migrasi diri. Dari nyawa yang sempat memerah, menjadi roh yang membiru, pasi. Untuk kemudian bisa bangkit lagi meraih bara.

Kamis, Oktober 7

Bentengku

Masalah sama siapa, banyak yang bisa datang. Masalah dua tahun lamanya tidak ada yang bisa menggantikan (Benteng, 2010)

Aku selalu suka bercengkrama, banyak kalimat yang tak biasa tidak terduga.

Terimakasih para bidadari, kalian bukan hanya sahabat tapi penyemangat. Tolong besok bantu aku merakit meja, pusing aku dibuatnya.

Mimpi dari Langit

Diluar hujan, tanda Tuhan sedang berkunjung, inspeksi mendadak dari langit. Aku tidak tahu, tapi Tuhan mendengar aku berdoa,
"Tuhan, jika jodoh dekatkanlah, jika bukan jauhkanlah, segera, aku tak mau punya banyak kenangan, susah payah nanti aku menguburnya..."

Tuhan tahu, Tuhan lalu kembali ke langit. Dia memberikan Ibu mimpi, sehari kemudian Ibu menelpon, "Pulanglah, nak.. Ceritakan pada Ibu.." aku menangis sesenggukan, Tuhan membocorkan rahasia.