Jumat, November 28

Sepeninggalmu

Hari ini adalah hari ke-30 kamu terbang menuju kehendak Tuhan. Tepat sebulan lamanya kamu meninggalkanku. Hari-hari tanpamu kini, membuatku sampai pada satu kesimpulan bahwa sesuatu akan terasa berharga jika telah tiada.

Kamu.

Tentang kita. 

Syahdan, kita adalah alkisah dengan alur yang tak pernah menemui ujung. Belakangan aku percaya bahwa kelak kita akan berada dalam satu atap, berbagi selimut, aku sebagai "co-pilot" saat kau menyetir, dan kau selalu menggenggam tanganku di atas persneling AB 70 S tanpa sedetikpun melepasnya (seperti yang sering kau lakukan saat kita berjumpa). Juga berada di masa di mana harus memilih interior untuk surga kita sendiri dan bertengkar kecil karena penempatannya tak sesuai selera. Tapi, kini aku dihadapkan pada kenyataan bahwa Tuhan memintamu untuk pulang lebih dulu, supaya aku tak berandai-andai terlampau jauh.

Tuhan. Jika memang Kau lebih sayang padanya, ijinkan aku untuk mengikhlaskan. Bantu aku untuk menguatkan hati ini. Mengobati lukaku sendiri. Tidak memintaMu lagi untuk mengembalikannya sesuai keinginan hati. Karena sebelum ini Kau pernah menghadirkannya sebagai pelipur lara yang kedatangannya tak begitu kuhargai.

Sepeninggalmu rasa sesal menjalar. Mengapa tidak sedari dulu aku persilakan kamu masuk perlahan. Memberi warna pada kelabu. Membuat mata ini berbinar. Menciptakan ukir senyum terlebar dan arsir wajah yang sumringah. Pada akhirnya menyalakan pijar.

Sepeninggalmu seluruh rutinitas terasa pahit. Kecuali saat aku bisa menyadarkan diriku sendiri untuk kembali bangkit. Aku pernah rasakan keterpurukan karena masa yang telah berlalu. Namun, untuk kehilangan yang mulai kucinta dan gagal dalam membahagiakan sosok baik sepertimu, aku sungguh tidak siap dan ini jadi sesalku yang teramat.

Tuhan. Jagalah hatinya dan sandingkan dia dengan bidadari tercantik di surgaMu. Aku yakin Kau mengambil dan memberikan sesuatu jika seseorang telah benar-benar siap untuk itu. 

Tuhan. Sampaikan salam rinduku padanya, untuk lelaki-sayap-besiku.




Malam ini adalah puncak rindu terdahsyat. Kau berpulang tanpa tinggalkan satupun pesan. Hanya melatihku untuk terbiasa tanpamu satu purnama lamanya.

“You are the only person I can talk with about the shade of a cloud, about the song of a thought. See you soon my strange joy, my tender night.” - Vladimir Nabokov

And now, absence makes the heart grow fonder. Goodbye, farewell, my airman. I'm searching for meaning, and i realized you had my heart at least for the most part.

Jumat, November 21

Surat untuk Jati


Dear mas Jati...

Kemarin 8 November 2014, aku menyambangi kediaman kamu, mas. Disambut mamah dan bapak, juga kakak pertamamu, serta istrinya.

Awalnya kami berbincang, sampai di satu titik, mamah kamu menyadari aku siapa, seperti familiar. Mamah sontak memastikan namaku sama seperti yang disebutkan di beragam ceritamu, lalu beliau memelukku dan berbisik, "Maafin Jati, ya."

Aku menangis, mas. Tidak seharusnya mamah bilang begitu, justru aku yang mestinya lebih dulu meminta maafmu, lalu haturkan maaf ke beliau. Masyaallah. Kami semua sedih, mas. Aku berkali-kali menggenggam tangan mamah, berharap paling tidak bisa menguatkannya supaya berhenti menangis. Tetapi, mamah melanjutkan ceritanya, tentang terakhir kamu menemani beliau, kamu merangkulnya sambil berujar, "Mamah kok pendek, to?"

Dari situ mamah mulai berlinang air mata lagi.

Dalam hatiku ngilu, mas. Tapi supaya mamah kamu tidak sedih-sedih lagi, aku ceritakan kisah lucu kamu, emm, kisah kita tepatnya, mas. Awal kita bertemu, sampai alurnya yang mirip parodi 500 days of summer. Ah, bahkan kakak pertamamu juga tertawa mendengarnya. Keluargamu sungguh hangat dan menenangkan. Tidak heran kamu selalu rindu untuk pulang.

Aku dan mamahmu tersayang bertukar nomor handphone. Mamah meminta PIN BBMku, tapi kamu tahu kan, mas? Aku tidak pernah mendownload itu. Akhirnya kita beralih ke media lain untuk ngobrol. Sorenya aku langsung mengunduhnya dan minta PIN mamah. Kami ngobrol lagi, mas. Mamah cerita harapannya bisa umroh full team Januari depan, menunggu dek Singgih, adikmu yang sedang studi di Jerman, pulang.

Sungguh, memang belum berjodoh, mestinya minggu depan setelah latihan manuver 30 Oktober 2014 kemarin, kamu medex ke Jakarta. Yang mana dapat dipastikan kita bisa nonton bareng lagi di Kokas, mall favoritmu ya, mas?

Mas, dari sekian banyak cerita tadi, satu yang bikin hatiku semakin ngilu, waktu lihat Abang. Kucing peliharaan kamu yang katanya cuma mau peluk-peluk kamu. Yang sudah siap menunggu di depan pintu dengan "ngeong" manjanya kalau kamu sudah terlihat muncul di gerbang rumah. Kemarin, dia seperti menunggu. Berdiam di depan pintu sambil sesekali menengok ke arah jalan. Aku kira pasti Abang menunggu kamu pulang. Kamu banyak bercerita soal Abang, betapa kamu sangat sayang sama kucing lucu ini.




Di 20 November 2014 kemarin, KNKT sudah memutuskan bahwa Liberty-mu dinyatakan hilang. Shocknya sama seperti saat pertama kali dengar kamu jatuh bersama pesawat itu. Sekolah menyelenggarakan pelepasan, sedih melihat fotomu terpampang di situ, aku dapat dari Patrick foto ini, mas. Dia yang selama ini memberi kabar terbaru tentang kamu.




Jauh di dalam hatiku, mas. Aku mohon maaf, karena belum bisa sepenuhnya membahagiakan kamu yang sudah begitu banyak memberi perhatian dan kasih sayang. Kemarin itu, aku masih terlalu rapuh untuk mengerti perasaanku sendiri. Masih takut untuk menghidu aroma orang lain meskipun kamu sudah lama kukenal. Namun, aku beruntung kamu hadir, dan selalu sabar menasihatiku dari jauh. Mengajakku untuk bersyukur dan mengambil hikmah atas segala kejadian di masa lampau. 

Dear mas Jati, 
kamu sudah terbang lebih jauh dari sebelumnya. Kamu terbang mengejar cita-cita dan berada di derajat paling tinggi saat meninggalkan kami semua.

Stay safe up there, my Airman. My dearest.

Semoga lafal cinta dan doaku bisa menembus awan tempatmu menuju ya, mas. 

Terimakasih untuk pertemanan lucu tanpa tuntutan apapun, selama hampir lima tahun.

Terimakasih banyak untuk kasih sayang dan perhatian tak terhingga selama hampir 12 bulan lamanya. Maaf atas semua khilaf yang telah menyakiti hatimu. Kamu berkali-kali bilang bahwa tidak ada dendam. Hanya ada dua hati yang belum siap untuk dipertemukan dalam sebuah kalam, juga aksara yang mengikat dua.

Selamat jalan, mas Jati. Doaku mengiringi kepergianmu. 

Khusnul khotimah, R. Jati Wikanto. 

You're the one who always keep me stronger, wiser and happier.




I love you, wholeheartedly.

I truly believe you're in a better place right now. Let's just stare and talk to each other if we have an occasion. Through a dream? Or several dreams?

Selasa, November 11

Adios, cool Amante

Good morning, J.

Good night, J.

Get back to me soon, J.


It would be good to see you home. I just wanna know and love you better. But now, i'm finding out that all is right at home. A new home, new chapter of life. 

Allah knows the best. Allah loves you better than me.

The one who ever called me as sweet as an apple pie...

See you in another life. I'm telling you to never feel alone. I'm with you.

Adios, cool Amante. Adios.


Senin, November 3

Pulanglah, kami menantikanmu 2

Lelaki sayap besi,
Tepat di hari kemarin ransel, buku, file-file sekolahtempat kacamata dan dompetmu ditemukan. Pun ada foto keluargamu yang manis sekali sedang mengenakan batik di barisan kartu identitas lain. Kamu family-person-type sekali.

Lelaki sahabat awan,
Hari ini mereka pulang dengan tangan hampa. Waktu dijadwalkan dua hari lagi sebelum berakhir. Segeralah pulang, jangan kamu ulur kekhawatiran ini lebih panjang. Berkilaulah, sehingga kamu terlihat mencolok di sekitar kabut yang membutakan.

Sepulangmu kemari akan ku hadiahkan Chatime Hazelnut Latte dengan banyak pearl kesukaanmu.

Lelaki pagi,
Segeralah pulang, kemudian kita berbincang...




...because,