Senin, Mei 13

Kapan Kita Mengayun Sampan Lagi?

Satu waktu di padatnya jalan menuju ibukota, akhirnya aku memutuskan untuk termangu. Menghemat baterai ponsel yang sekarat, merasakan tubuh yang seperti mau rontok. Entahlah, mungkin dengan memandang sekeliling akan bisa membunuh waktu sehingga tempat tujuan hanya tinggal beberapa jengkal. Sialnya tidak.
Dalam pengamatan sekeliling, kembali aku teringat kamu. Kita. Yang entah mengapa aku merasa banyak sekali perbedaan, namun perjuangan untuk sampai dengan saat sekarang ini tidak mudah. Semuanya hanya mengalir memang, tapi seringkali aku berhadapan dengan pikiranku sendiri.
Mind you can't understand 'cause you'll play against you.
Hanya ada di pikiran dan batin tapi tak pernah tersampaikan. Aku paling benci dengan hobi memendamku ini, tetapi terkadang aku senang karena aku hanya akan mengikuti alurnya saja tanpa merasa khawatir dengan konsekuensi dari hal terpendam yang akhirnya terkuak. Namun, seringkali aku ingin sekali menyampaikannya padamu.
Bukankah kita selalu saja berencana, apapun, tanpa tahu kapan hal tersebut akan terjadi. Yang aku tahu selama ini pasti akan kulalui fase yang membahagiakan itu, namun aku masih begitu khawatir dengan yang kita rangkai sekarang. Doing nothing, just waiting. For everything.
Sampan sudah lama berhenti hanya di tempat ini. Tidak maju, tidak juga lantas mau mundur.
Kapan akan kita ayun lagi, you might wonder?

Kamis, Mei 9

Halo, lagi.

Pernahkah kau pahami, bahwa jiwa yang dipenuhi ambisi terkadang hanya mendapat ampas tahi. Seperti aku yang telah lama pergi dari sini, ya, setelah sekian lama merakit masa depan, toh kegagalan kembali membawa kita pulang. Dan mengingat segala yang pernah banyak mengisi. Seperti tulisan ini yang akhirnya muncul setelah lama hibernasi, dari sekelumit ambisi yang tidak pernah padam (akhirnya kini perlahan meredup).
Aku berpindah dari satu tempat ke lainnya. Yang dulu punya banyak sarang kenangan, kini kutinggalkan. Namun, aku masih punya ambisi yang suka pasang surut bergantian. Kini, aku punya tempat baru untuk merangkai kembali ambisi, meski merogoh kocek lebih dalam dan merepotkan orangtua, namun aku masih punya harap untuk membiayai segalanya sendiri.
Banyak perjalanan selama aku tak di sini, kereta, gedung asing dan rumah singgah. Semua punya cerita.
Dan mungkin akan satu per satu aku ceritakan, bila aku tidak lupa. Semoga ini jadi awal yang indah untuk kelangsungan minat menulisku.
Halo, lagi :)