Rabu, Desember 21

Kipas

Kemarin, aku bersihkan kipas angin penuh debu supaya ia kembali menderu dengan baik. Alasan utama karena kau akan datang mengantarkan sepaket aquarium yang sudah kutitipkan lama dirumahmu.

Betapa senang ketika kau akhirnya datang, kau tak kepanasan, tidak terlihat keringat mengucur dari dahimu seperti biasa. Ah, apa kau sudah terlebih dahulu mengelapnya saat aku tidak melihat?

< 3

Jatuh cinta padamu itu seperti sebuah rutinitas
yang tak pernah melelahkan dan tak berbatas.

Selasa, Desember 20

Selayang

Layangan hari yang terulur hingga pagi ini begitu panjang. Pijakan detik menuju perpindahan waktu membawa dua anak manusia semestinya menengadah.

Kembali pada silam dan terawang. Perjuangan dan rasa. Aku tak tahu akan menyebutnya apa, yang aku tahu hanya kau dan ikat itu sudah lama lepas.

Kini aku kembali membaca beberapa jejak tinta yang sedikit tersentuh laba-laba. Waktu begitu cepat melompat, kita bertumbuh pesat.

Entah telah berapa mawar pernah kau petik dari pohonnya. Entah berapa duri yang menempel di tangkainya dan membekas luka.

Waktu ini, ditemani sebaran embun wajib pagi, sungguh aku ingin bilang, apapun yg berlaku pada kita nanti, jangan pernah lupa bahwa kita pernah ada dalam satu bingkai foto, tersenyum dan melihat masa yang cerah. Dengan rotan dan rajutan. Dibubuhi nektar mawar yang harumnya selalu dapat kuhirup tiap kau membelakang.

Jangan pernah ragu untuk menyapaku bila nantinya rotan dan rajutan tak bisa beriringan berada dalam satu jalinan.

Aku tahu, harapan ini selalu bisa dipatahkan kapanpun. Dan siapapun tak bisa memaksa.

Namun, tak ada salahnya bermimpi indah. Mimpiku, bersamamu dalam sisa nafas yang entah sampai kapan akan dipinjamkan.

Minggu, Desember 4

long move

Me wanna get a long move.
And I feel a little pain if I remember about boarding, landing and lonesomeness.
Tears, make my self to stop these hardly.
Those place remind me I've been said,
"I can face it, without tears down." - a tough girl with the broken wings.

Jumat, November 4

Sapu Rindu

Aku hanya wanita yang ingatannya dijejali berbagai hal tak terduga. Ingin ke utara tapi sedetik kemudian terlempar ke selatan. Ingin manja sedetik kemudian jauh. Ingin menerima sedetik kemudian melantunkan penolakan.

Cepatlah pulang, obati penyakitku, si rindu ingin disapu.

Rabu, Oktober 19

Best Wishes

I'm happy beside you, this night, just now. Counting the days to twenty sixth, the Rainy Day. Big things happen. Future, not the past that can't be rewritten. I Love you with my whole heart. This is it, for welcoming our three years, love.


XOXO

Rabu, Oktober 12

Dear, kamu.

Ini tentang sesuatu yang esok akan kukenang. Sengaja kutinggalkan jejak disini agar esok, masih atau tidaknya ikatan kami akan tetap terjejak, esok yang akan menjawab apakah kita sebuah rangkaian bunga yang indah atau sepasang sepi yang menopang sakitnya sendiri.

Kau memang satu-satunya yang paling bisa membuatku sembunyikan duka dibalik tawa. Membuatku pura-pura lupa bahwa aku masih punya hal tak menyenangkan yang sebelum kubawa tidur pasti kuingat.Sejatinya aku hanya ingin lupa, dan adilkah kalau kuminta aku ingin senang selamanya?

Ratusan ketuk hujan kurindukan, ia hanya menjelma menjadi mendung yang menyerupai bisu, tak menjawab kedatanganmu.

Aku sampai tak mengerti dengan rasaku sendiri, tiap aksara yang mengalir hanya akan memohonmu untuk mengerti, tapi lagi-lagi terwakili diam. Carut marut hati.

Jaga Mulutmu!

Sekelilingku ramai tapi aku rasa ini sepi. Mereka tertawa dan aku hanya mengikutinya hampa. Aku menunggu hingga segala prosesi ini selesai karena yang ada di pikiranku hanya tempat disudut kamar itu.

Tempat biasa aku berbincang dengan diriku sendiri, tentang rencana yang akan kubuat nanti, segalanya.

Aku muak dengan keramaian yang tak menghasilkan apa-apa. Yang hanya mengumbar dusta dan bualan semata. Aku lebih suka berbincang dengan diriku, menertawakan kebodohanku bisa terjerumus didalamnya.

Beberapa hari ini satu-satunya sahabat hanya cermin, other just try to knowing everything bout particular object.

Tidakkah ini wajar saat semuanya berbalik dan ada di klimaksnya. Kalau ada akumulasi dan bom waktu pada diri mereka, akupun punya, inilah titik dimana aku mengalaminya. Ditempa berbagai macam selentingan yang tak kusukai. Iya, meski hanya candaan untuk mengundang tawa, empedu ini rasanya mengalir darah amat deras. Dia bekerja lebih cepat dari kadarnya. Marah.

Namun, diam rasanya akan lebih manusiawi, setidaknya aku masih manusia. Karena aku manusia, maka aku punya perasaan yang patut dihargai juga. Rasa dan aliran kata dua hal berkaitan yang membuat cairan empedu ini bekerja dua kali.

Jaga mulutmu!

Reflection

Aku memang tak punya selera musik yang bagus, apalagi memaknainya.

Aku tak bisa teliti, apalagi memahaminya.

Aku banyak lupa, dan melupakan apa yang selama ini kupunya. I'm good at pushing all away.

Momapopa built me then I design my self.

Senin, Oktober 10

Spekta

Aku menghitung, setiap detik yg melaju diatas pacu. Aku menunggu, dengan lesu dan termangu. Enam belas hari lagi adalah hari penentuan dimana langit akan dilukis muram ataupun jelita.

Ini bukan sekadar penantian, tapi juga persiapan menunggu gerimis yg mungkin tak berkesudahan, milik gadis yang punya angan luar biasa tinggi. Sudah pernah kubilang padanya supaya tak terlalu menggantungkannya diatas langit, karena sakit bila ia tak dapat meraih pada akhirnya.

Sudah berkali-kali aku bilang.

Tapi ia tak hiraukan seruanku, hmm, aku tak berseru, tapi aku menakutkan sesuatu.

Ini sudah menjelang genapnya enam belas hari itu. Ada rentang waktu dimana gadis tadi memainkan pikirannya, dan dengan cepat pula ia akan dapat jawabnya.

Ia berhasil, pada akhirnya. Ia punya mimpi yang sempurna. Yang semula ia gantung tinggi, ia dapat mencapainya. "Spekta!" katanya.

Kini ia raih mimpi dan harap itu sembari tersenyum, menghias pelangi di bibirnya. Mencuri damai dari surga. Dengan tangan menggenggam, sembari mata terpejam. Tepat waktu ia gapai semua sebelum nyawa menyusul mimpi yg ia gantung diatas sana.

Sampai jumpa, mungkin ini hanya kesah yang sementara. Gundah yang tak terjawab dan kegelisahan tak berdasar.

Kamis, September 29

Switchfoot



Sing to me the song of the stars
Of Your galaxy dancing and laughing
and laughing again (...)

So I lay my head back down
And I lift my hands
and pray to be only Yours
I pray to be only Yours (...)

Only hope





pic from: lyricallylovelylife.blogspot.com

Superman



I can’t stand to fly
I’m not that naive
I’m just out to find
The better part of me

I’m more than a bird...i’m more than a plane
More than some pretty face beside a train
It’s not easy to be me

Wish that I could cry
Fall upon my knees
Find a way to lie
About a home I’ll never see

It may sound absurd...but don’t be naive
Even heroes have the right to bleed
I may be disturbed...but won’t you concede
Even heroes have the right to dream
It’s not easy to be me

Up, up and away...away from me
It’s all right...you can all sleep sound tonight
I’m not crazy...or anything...

I can’t stand to fly
I’m not that naive
Men weren’t meant to ride
With clouds between their knees

I’m only a man in a silly red sheet
Digging for kryptonite on this one way street
Only a man in a funny red sheet
Looking for special things inside of me
Inside of me
Inside me
Yeah, inside me
Inside of me

I’m only a man
In a funny red sheet
I’m only a man
Looking for a dream

I’m only a man
In a funny red sheet
And it’s not easy, hmmm, hmmm, hmmm...

Its not easy to be me

Selasa, September 27

Repost



REPOST

Dari beberapa tulisan yang pernah aku bagi, inilah satu-satunya yang terpatri. Sedikit kugubah, semoga tak hilang kesannya.

Dua belas menjadi tiga puluh lima. Perjuangan untuk belajar tak mengikat namun membiarkan sayapnya terkepak. Dan belajar menyadari bahwa kau hebat karena pencapaianmu sendiri. Kau mau dan kau bisa.

------------------------------------------------------------------------------------------------

Ini tentang sebuah catatan cinta. Tentang harumnya nektar mawar yang wangi dari vasnya. Sepenggal cerita dari dua anak adam.

Hari itu, saat beberapa bagian otak tersita untuk berlembar2 ilmu, ada yg berulang. Sebuah bulan yg sama, rintik hujan yg sama. Dan sebuah angka yg sama, dua puluh enam.

Kini dapat kurasakan benar harumnya mawar itu, nikmatnya berlari di bawah hujan dan tidak lagi bernaung. Dia, kini dia telah lepas dari jerat yg mengikat. Dia, kini sudah bisa kujangkau dan terasa lebih dekat.

Kurang lebih tiga puluh lima purnama silam, kami menganyam. Sebuah ikrar untuk dapat berjalan beriringan, tak lagi sendirian. Meretas mimpi yang semakin bening pertanda terwujudkan.

Terimakasih, untuk harumnya mawar yg kau sebar, untuk gerimis terindah yg pernah kudapat.

Selamat tiga puluh lima purnama di dua puluh enam. Tempat, waktu dan suasana telah kita jemput di beberapa saat yg lalu, sambil menikmati keindahan malam di titik daerah yg sakral. Dalam hati aku berujar, "tidak ada yg bisa mengalahkan indahnya malam ini, genapnya tiga puluh lima purnama kami. ." masih dalam lamun dan diam, aku menggenggam tangan dari pria yg kusebut kekasih.

Hebat

Siapa tak mau menjadi hebat? Aku mau.

Aku mau menjadi hebat dengan kau bersamaku. Kau dan aku menali mati kehebatan itu. Kita hebat. Kau dan aku. Iya, kita.

Tiga Puluh Lima

Disana aku pernah melihatnya, berdiri tegak sejajar dengan panggung penuh reka adegan tak nyata. Memegang toa, menyerukan suara riuhnya. Memanggil segelintir wajah tanpa dosa yang dipaksa memikul hukuman atas dugaan tak berdasar. Dia sedang berperan menjadi tokoh utama, keras, lugas dan tegas.

Disampingnya banyak ajudan yang siap menempa apa yang ia titahkan. Mengatur segalanya.

Disana aku pernah melihatnya, sepulang dari masjid, setelah bercengkrama dengan Tuhan kami. Dengan rambut yang ditata sedemikian rupa dan basah ujungnya. Disitu ia tak tersenyum. Ia hanya sekilas melihat kemari. Lantas ia pergi, menjauh dan tak terlihat lagi.

Disini aku pernah melihatnya. Duduk diam mendikte apa yang semestinya aku tulis. Sebuah tugas yang menjadi tanggung jawabku besok pagi. Dan ia tak berhenti menghadap sini, mengintip selaksa pengawas yang peduli.

Disini aku berdiri, menanti dentuman kendaraan yang sore ini akan membawa kami melintasi panasnya matahari. Berdua, bersama dan tertawa.

Disini aku mengenang kembali menguak kembali semak yang menyembunyikan kenangan dengan rapi. Hampir setiap hari aku berdoa untuk pagi. Tolong, hembuskan nafas lagi, untuk bertemunya, menemaninya mengarungi semak yang lain. Menyelesaikan apa yang harus tuntas. Sebentar lagi.

Berjalan cepat, berlari dan terbang.

Aku selalu disini, seperti kau yang selalu disana. Kau yang dulu tak kusangka hingga kini masih ada.

Selamat menginjak purnama ketiga puluh lima.

Aku selalu suka dibawa ke tempat historial kita.

Senin, September 19

CLOUDY

Hello, Cloud!

Waktu semakin cepat berjalan, dan semua kenangan tetap tertanam. Hanya sewaktu-waktu ada yang bisa berubah, kedewasaan, representasi diri yang menanggapi perubahan.

Blog ini awalnya bernama Roasted peanut bark, entah pada saat itu terngiang-ngiang nama tersebut, jadilah blog ini beridentitas seperti diatas. Namun belakangan terasa bahwa sudah hampir 3 tahun lamanya nama blog Roasted Peanut Bark ini tidak lagi menarik, cenderung menggelitik ;)

Kini tak ada salahnya bila mengikuti arus jaman dan keinginan hati, The Cloud, Nomina. Diambil dari nama awan dan sinonimnya. Diharapkan nama ini dapat lebih menerbangkanku jauh ke dunia awan, jauh ke khayalan yang kemudian jadi impian, sampai kenyataan. Sebuah representasi diri yang lebih dewasa, lebih dalam melihat tantangan.

See you on the next posting!

Ah, ya, I realized that now I'm fallin' in love with my bicycle. Her name, Yaris. Her color looks like Rocky's car. That's funny! I love both of them anyway. I'll introduce Yaris to you, soon! :*

Jumat, September 16

Talk to the cloud, the nomina

Time goes by and everyone changes.

Semuanya berubah, sudah semestinya. Termasuk kita. Secara tak sadar kita berubah, menjadi lebih baik dan menjadi apa yang kita ingin.

Akupun begitu, aku mau berubah, kini aku bukan anak kecil lagi. Namun aku masih putri ayah yang cantik *ups!

Pagi akan menjadi kenangan, bukan pagi yang membuatnya menjadi kenangan, namun bersama siapa kita menjalani pagi itu. Dan sampai sekarang aku masih bisa membelalakan mata, merasakan kicau kacau burung yang mampir di seng beranda, tarik ulur nafas dan bersamamu.

Setiap pagi ini masih aku lalui denganmu, bukan pagi yang menjadikannya sendiri kenangan, tapi kita, aku dan kamu dalam iringan lagu apapun yang kita suka, apapun yang kita ciptakan untuk bahagia. Apapun yang kita lompati walau tak bisa nyata menggapai awan. Ah, awan, akankah kau tahu apa yang akan terjadi 5 tahun kedepan? Jelas aku masih tetap ingin bersamanya, hingga lanjut usia.

I'll grow old with you, with my whole heart, but...
there's always a way for love even sometimes not on the same road, tidak ada di kapal yang sama dan tak berlayar berdua. Itu tetap cinta hingga semuanya bertemu lagi menjadi sempurna.

My story have such a happy beginning and i hope the same thing with its end.

Happy ending.

Jumat, September 2

Hallo (lagi)

Selamat menjelang petang!

Hadirnya tulisan ini dalam rangka menyibak debu yang berserakan di langit-langit juga mengucap salam pada kisah lama yang sudah lama tinggal ;)

Kegiatan yang menguras waktu dan tenaga banyak akhir-akhir ini menjadi sebuah alasan mengapa blog ini sekarang menjadi kosong melompong tak berpenghuni. Kuliah kerja nyata, ujian dan segala macam alasan yang bisa disebut sebagai gara-gara :)

Untuk pertama kalinya mungkin akan memperkenalkan kegiatan yang 'gara-gara' kegiatan ini jadi sejenak meninggalkan tempat bersejarah ini. KKN, kuliah kerja nyata dan diakhiri dengan "Terimakasih KKN!"

Dua minggu pertama baik-baik saja sampai pada satu titik terendah dari kesehatan yang menurun, tepar dan menikmati kasur kostan, oh surga sekali saat itu. Dijemput oleh orang yang selalu setiap saat mengingatkan untuk makan dan minum obat, mas pacar sekaligus sahabat. Maaf banyak merepotkan ;)

Teman-teman KKN Unit 6 subunit Kalidadap II, kalian awalnya terlalu asing, tapi lama kelamaan kalian terlalu manis untuk dilupakan ;). Tulisan tentang kalian entah kapan akan selesai, tapi tunggu saja kehadirannya, pemirsaah! :)

Sekian dan terimakasih mukodimah yang singkat untuk mengawali bersih-bersih blog kacang ini. Sampai jumpa.

Sabtu, Juli 2

H minus Satu

Hari ini sudah esok kemarin.

Sudah saatnya berpamitan, sebelum semua aktivitas teretas.

Sebelum matahari terbit dan senja mengintip.

Esok yang hari ini sudah kita habiskan bersama, tinggal lalui siangnya.

Kemudian esoknya aku sudah harus hadapi, mengabdi.


Selamat tinggal segala kenyamanan, aku yakin inilah titik nadir terindah, milik kita milik masa depan.


Kamu, baumu, pasti kurindu.

Selasa, Juni 28

Future

This is a little update. Something about adorable stuffs, humn, white house. Smooth, clean and Oh, God! It can be so damn cute, dear. Happy watching.



Kalau boleh besok begini, ya jadilah! Bermimpi itu sah-sah saja, mewujudkannya, humn, mari dicoba! :D



Afternoon, after rain and a cup of tea ;)



Warm and it's nice to be with you ;)



Kiuk! Bagaimana tidak betah berlama-lama disini?



Too cute to be true. Love.










inspired by:
http://mrsamberapple.com/2010/11/17/cute-little-white-cottage/
http://mrsamberapple.com/wp-content/uploads/2010/11/bg-princess-cottage.jpg
http://propimg.travellerspoint.com/l_26586-7-aunt-beas-little-white-house.jpg
http://www.travellerspoint.com/accommodation/26586-Aunt-Beas-Little-White-House/
http://www.trendir.com/house-design/modern-little-white-house-in-a-1.html

Belated Birthday

Juni adalah bulan bahagia untuk tiga anggota keluarga. Ayah, Ibu dan Epi. Wish you all the best. Grow older and mature. Cups! XOXO

Turning 32 Monthversary

Tanggal 26 memang sudah berlalu. Tapi tak afdhol rasanya kalau aku tak mengukir sejarahnya disini. Selamat tiga puluh dua, sayang. Kalau boleh gombal, kamulah mentari yang datang meredakan hujan, menghangatkan badan dan menyingkirkan pahit ;)


Kamis, Juni 16

Hey Nemo, Finally I See You




Diatas pasir basah, dibawah cerahnya awan dan terik mentari. Nemo kuhampiri. Hai, Nemo, akhirnya aku mengunjungimu lagi. Baik-baik, yaa, setelah kutinggal lagi.

Me love you,


Sincerely,
kakak angkatmu

For you who can protect me..

Aku termenung di beranda yang dulu pernah kita duduki berdua. Sering. Setiap hari. Ada saja cerita mengisi, pernah ada masa ketika kita saling diam tak berbagi. Tapi itu hanya sebentar, saat hujan datang deras sekali, akhirnya kau tetap melindungi. Seperti senja yang beberapa waktu ini dingin, mencair :)

Selasa, Juni 7

Sea

Rupanya aku belum puas dengan sapaan untukmu tadi. Izinkan untuk menulisimu kembali, aku masih rindu dengan dunia yang akhirnya bisa aku temui lagi. Dunia dimana hanya aku yang bisa berimajinasi. Hanya aku yang bisa tertawa sendiri dan membagi sedih disini.

Kamis esok ada rencana menuju pantai. Agenda yang hampir rutin dijalani, karena aku suka Nemo dan tempat tinggal menakjubkannya.

Sempat kecewa saat film Nemo hanya berhenti disitu saja, kenapa tak ada Finding Nemo II? Siapapun, kalau bersedia membuat animasi cantik dan menakjubkan lanjutan dari film Nemo, aku sangat berterimakasih. Kalaupun tidak, sebenarnya aku cukup terhibur dengan dongeng Nemo yang ada di buku cerita untuk anak-anak yang dibeli di Gramedia. Tapi, ceritanya sama saja, aku ingin tahu bagaimana Nemo besar melalui masa SMP dan SMAnya, atau saat Nemo menemukan kekasihnya, mungkin jelmaan mendiang Ibunya, Coral yang berbulu mata lentik tanpa sepuhan maskara :)

Mungkin ini ide gila. Masih ada hubungannya dengan laut. Karena aku tidak bisa berenang, tapi nekatnya aku ingin menikah dibawah laut, diantara terumbu-terumbu yang melambai indah. Disaksikan oleh ikan-ikan dari balik karang. Dan karena, sekali lagi, aku tidak bisa berenang, maka ada yang akan memegangiku, orang yang kelak akan menjadi suamiku. Setidaknya aku merasa aman tanpa pelampung :)




Keduanya hanya bagian dari mimpiku yang bisa atau tidak diwujudkan, semuanya akan tetap ada di benak terdalam. Rupanya aku terkena euforia Kamis minggu ini, aku hanya tidak sabar akan menyambangi kediaman Nemo, si kecil yang gigih berjuang walau siripnya abnormal. Nemo pasti bisa! Nemo kita segera berjumpa! :)

Roast

Hello, Roast.
Seperti stranger rasanya, lama tidak sambangi dan sekedar sempat untuk menulis barang dua kalimat saja untuk entri baru. Apa kabarmu? Tidak harus mati rasa bukan bila hampir sebulan kita tak sapa dan unjuk tawa.

Hari ini banyak sekali warna yang mewarnai kanvas hidup ini. Kebahagiaan, kekhawatiran, kekecewaan dan ketakutan menghadapi esok Rabu, karena hari itu mewakili kekhawatiran yang sebentar lagi akan berujung. ah, untunglah bisa berujung, jadi tak perlu banyak muram durja di kanvas coklat susu ini.

Kebahagiaan hari ini terwakili oleh seseorang yang tidak pernah berhenti untuk mengetikkan tiap huruf untuk membalas segala pertanyaan hidup. Menjemput di panas terik yang akhir-akhir ini menusuk kulit, tertawa diatas dua roda walaupun tidak ada yang lucu satupun dari celetukanku. Hari ini adalah hariku, hari ini semua debar milikmu :)

Kekecewaan tergambar jelas oleh pensil warna hitam, momentum di pukul 1 itu, segala yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari rupanya berakhir percuma hanya pada kata, "kalau itu tidak mendesak, kalau itu bisa diatasi dengan media konvensional, tak butuhlah strategi macam kita punya ini.." Deru nafas panjang bernada lega dominasi kecewa terhirup. Kalau boleh jam pasir ini dibalikkan lagi, andai saja bisa, kami pasti mengulanginya lagi. Untuk menjadi yang lebih baik, atau terbaik. Semoga ada hikmah yang mampir di logika ini, karena semua sebenarnya tidak percuma. Ada kebersamaan terselip disana ketika kita harus lembur dan menguras emosi mengerjakan ini.

Kekhawatiran dan ketakutan ini menjadi satu. Khawatir adalah pikiran yang memiliki klimaks di ketakutan. Ada yang perlu diperbaiki. Kalian harusnya kembali berkarya lagi, kita peras keringat lagi. Aku khilaf, beberapa kali tak berpikir bahwa hati kalian juga bisa tersakiti. Mari minum beberapa soda lagi, agar kita tak lupa caranya tertawa bersama :)

Akupun pernah merasa tak mampu untuk melakukan hal yang menurutku aku tak sanggup hadapi. Tapi semangatmu berkali-kali mencambuk, karena itulah aku bisa berkata apa yang tak mungkin diperoleh seorang aku. Semuanya pasti bisa.
Dan akhirnya, kita semua pasti bisa kan? Berkali-kali saat sudut lelah menghampiri, aku ingat. Dan sekarang izinkan aku tuk memberi kata itu padamu, semangat, aku tahu kau hebat! :)

Senin, Mei 9

Keep Drawing the Line

Titik. Banyak orang membahasnya dengan definisi yang berbeda, tentunya konotasi.

Titik, buatmu mungkin setelah koma, belum ada hentinya dan terhubung dengan titik lainnya. Buatku, titik itu mestinya hanya satu, sudah, mau apalagi? Tapi terkadang aku mau titik itu menjadi dua, agar bisa dipertemukan dengan bentuk yang kita suka. Titik satu itu aku dan titik lainnya itu kamu.

Titik pertama menjaring mimpi lewat bahasa, berkomunikasi lewat hati dan mencurahkannya disini. Bagaimana kamu, titik kedua? Apa kamu masih mau berputar seperti bumi? Sesukamu?

"Keep drawing in that line.."

Kalau boleh, aku ingin menggambar garis itu serupa awan. Meski banyak lekukan namun akhirnya membentuk lingkaran tak beraturan. Aku suka itu. Bebas tetapi teratur. Kau suka tidak?

Titik itu akan kita isi sepenuhnya dengan harapan. Terukir jelas dalam skenario Tuhan. Nantinya hanya kita bertiga yang tahu, seperti apa rencana terealisasikan. Apa kita tetap membentuknya menyerupai awan? Atau segitiga sedikit berliku? Atau bahkan tak berujung? Sampai maut memisahkan. Dan bibir akhirat sudah benar-benar terjejak.

Ayolah, sayang, tuturkan harapanmu. Aku ingin tahu.


"Keep drawing in that line.."

Sabtu, Mei 7

When I look at You

"When I look at you, I see the tear stopper.." OTQ

Kamu mungkin bagian dari biru dan jingga di warna pelangi. Kamu juga satu dari sekian banyak mega merah terindah. Namun satu waktu kamu bisa menjelma menjadi satu duri.

Kamu juga pagi yang akhir-akhir ini meminjam cuaca kutub utara. Kamu mendaki dan merangkai hariku. Namun satu waktu kamu bisa meleleh dan berubah menjadi cairan pahit atau masam.

Kamu itu dunia, kamu hanya satu tapi tentu kamu dapat berputar sesuka hatimu.

Kamu itu cakrawala, kamu pintar dan beringas.

Kamu itu mata angin, kadang kau menunjukanku utara untuk tertawa, barat untuk menghadap kiblat, timur untuk berjemur dan selatan untuk sekedar jalan-jalan.

Kamu itu warna, kadang kamu biru jika sedang sendu, kadang kamu kuning bilang tengah mengerling dan ada kalanya kamu merah bila sedang marah.

"When i look at you, I see my best friend, my secret holder.
When I look at you, I see future, even sometimes not on the same road..
When I look at you, I see me.."

Selasa, April 19

#2

Hari-hari setelahnya bagai musim semi yang dipaksa berakhir lebih awal, terhenti. Seketika dan itu bukan jeda, semua karena dipaksa. Kering kerontang dan heran adalah teman. Bila sebelumnya saya bisa menenangkan hati ini untuk tetap tegar, namun setelahnya akan terkecap pahit dan itu menyedihkan.

Sendirian kini melalui segalanya. Awalnya, terombang-ambing memang, namun lama kelamaan akan stabil dengan sendirinya apabila menghindari waktu-waktu bergelut dengan sepi. Jangan pernah berada di kamar yang setiap sudutnya bahkan pernah disentuh olehnya, ataupun di dindingnya terdapat foto-foto kebersamaan dan kami tengah tertawa. Itu fatal!

Dua hari adalah waktu yang cukup, dering telpon dan SMS yang menguatkan banyak berdatangan. Namun semua malah membuat semakin berantakan walau dengan niat yang berlainan. Ah, kau begitu masuk dalam kehidupanku rupanya. Tetapi hari ketiga, saya seolah mendapatkan bisikan seperti lirik lagu band pujaan, "Pasti Kubisa, melanjutkannya.."

Ya, saya yakin bisa melaluinya. Ini soal kebiasaan yang sudah sangat biasa sehingga menjadi terbiasa. Tiba-tiba hilang? Pasti akan sangat terasa. Sepertinya saya selalu mengulang kalimat barusan, ah biarlah.

Tetapi, mendadak saya menjadi anak jalanan yang jarang sekali dirumah. Pergi berlalu lalang dengan alasan menghindar adalah sebuah pilihan yang brilian, setidaknya menurut saya waktu itu. Bukan ingin memancing simpati, tetapi pulang ke kota kelahiran waktu itu adalah satu-satunya issue yang ada di kepala. Jangan kasihani, ini sebuah pilihan :(

Kembali? Ya, akhirnya setelah seminggu berlalu, kami sama-sama banyak belajar. Bahwa masalah ini bisa diselesaikan perlahan walau tanpa sebuah pertemuan. Hanya soal waktu, hanya soal kebiasaan, lagi-lagi. Banyak cara setiap pasangan menyelesaikan permasalahan, dan tidak semua sama.

Ah, everyone has a story left untold ~

And this is not a long goodbye ~


Kita kembali bertemu di jalan yang sama, sore yang sama dan cerita yang kita buka kembali. Sebuah lembar kosong, berikutnya.


Sabtu, April 16

#1

Ini tentang sebuah perjalanan, panjang kurasa. Bisalah dibayangkan, pasti berakhir duka. Hanya bukan itu yang akan jadi titik tonjolnya, ini tentang sebuah ketegaran (tegar? terlalu lancang bila dikatakan demikian) yang sangat dipaksakan. Mengendap dalam rasa.

Saat itu, saya berjalan sendirian. Sebelumnya sepanjang jalan, saya bersama sosok itu, sosok yang dekat dengan saya sudah 2,5 tahun ini. Saya mulai mengenalnya berkat seseorang. Yang juga telah menemani selama itu. Sudah seperti ayah kedua saja, kami bercerita panjang lebar, namun diluar kuasa, saya meneteskan air mata di depan beliau. Cerita akhirnya mengalir sampai ke hilir, "Udah jangan sedih, anak muda itu masih banyak belajar. Yang penting banyak berdoa buat kebaikan.."

Turunlah saya didepan bandara megah ini. Riuh ramai orang lalu lalang tidak saya hiraukan, wajah kusut ini seperti sudah wajar menemani selama perjalanan. Tujuan pertama adalah mencetak tiket. Dengan berbekal kode flight saja, akhirnya saya harus berputar-putar mencari loket yang seharusnya mencetaknya. Dapat setelah setengah jam, tetapi, ah, rasanya langkah ini begitu berat untuk pulang.

Saya melanjutkan perjalanan, ke gate yang salah!
Berputar untuk yang kedua kali, 5 meter kira-kira dari jalan tadi. Masih berat karena sayu hati ini begitu terasa. Sedih sekali. Merasa sendirian di gedung semegah ini.

Akhirnya, duduklah saya di ruang tunggu. Masih sepi, terlalu dini sampai. Namun ini benar-benar my own time. Entah apa yang membuat saya menangisi kesendirian ini, airmata tidak henti jatuh saat saya memandang jaket biru putih ini. Memandang wallpaper yang sudah hampir seminggu saya pasang di handphone, foto kami berdua. Melihat sepatu yang sering kami kenakan bersamaan. Melihat dompet dengan foto di sudut kiri tengah, ia masih sangat kurus dibanding sekarang. Memandang tiga snack 'SNICKERS' kesukaannya. Ah, semua berbalik begitu cepat. Tidak pernah ada yang menyangka semuanya akan terjadi, sebuah perpisahan yang manis.

Panggilan untuk terbang terdengar, namun semua penumpang harus menuju gate lain, pesawat dialihkan gerbangnya. Ah, lelaah sekali rasanya kaki ini. Ibukota memaksa kaki ini berjalan bermeter-meter. Terdengar manja tapi sungguh, bayangkan, dengan hati yang sedang pedih berjalan saja terasa lelah. Kosong.

Sebelum masuk gate tadi, semua lancar, ini kedua kalinya saya naik pesawat. Tapi untuk kali ini, saya menangis diruang tunggu. Dan tidak ingin cepat-cepat sampai kota tujuan.

Masuk ke pesawat, jantung ini berdegup begitu keras. Tangan gemetar dan basah oleh keringat. Mata tak kuat untuk tidak memandang jendela dan kembali menangis. Saya merutuki diri sendiri, mengapa mudah sekali menangisi hal ini? Hati kecil saya berkata, sesuatu yang sudah terbiasa bila hilang akan sangat terasa. Betul sekali! Kehilangan dia sangat terasa, apalagi, jaket ini masih melindungi saya, jaketnya. Itu satu kenangan juga bukan? Ada alasan yang isa mencegah saya menangis (lagi)?

Penumpang sebelah mencolek saya, "Mbak sakit? Atau gugup?"
"Oh, enggak pak. Saya cuma kecapekan aja.."

Alasan yang menurut saya logis, tapi apa semua orang capek akan menangis? Ah, biarlah, toh bapak ini mengangguk saja dan mafhum dengan jawaban saya.

Pesawat mulai bergerak, perlahan dan geledek-geledek di kabin mengkhawatirkan saya. Tegang dan lemas rasanya. Belakangan saya baru sadar, kalau saya belum makan. Lengkaplah!

Selama terbang, awan hitam dan kerlip sayap pesawat saja yang menjadi pemandangan. Karena bosan, akhirnya lamun kembali ke terakhir kali kami bertemu. Hal itu membuat saya akhirnya berpikir, akan ada kesalahan lain yang menyebabkan ini, pasti. Saya berpikir lebih keras. Apa saja perbuatan saya yang tak berkenaan, terlalu banyak! Dan saya menyesal, kalau bisa memutar balik waktu lagi, akan saya perbaiki dan minta maaf. Tapi semua terlambat, sudah berakhir. Apa yang kami punya selama ini hilang sudah.

50 menit kemudian pesawat sampai. Di lobby, saya menebar pandangan, berharap sosok itu muncul, dia yang biasanya memakai jaket ini. Ah, rupanya saya berkhayal terlalu dalam. Tidak ada siapa-siapa. Hujan ini membuat semuanya semakin lengkap. Saya kembali menangis di taksi. Bapak taksi menyapa saya seperti sahabat lama,"Mbak kenapa?"

"Ah, saya kecapekan pak. Pingin cepet pulang aja.." ujar saya melempar senyum.

"Yaudah saya agak ngebut aja ya, mbak.. Bismillah.."

"Makasih pak, pelan ndak papa kok asal nggak kelamaan sampainya."
Bapak taksi tidak menimpali, seperti memberi waktu buat saya menikmati tangis ini.


Sesampainya di kostan, saya masuk hanya menaruh barang. Pergi lagi untuk mencari makan, hasrat untuk melahap makanan muncul tiba-tiba. Sendiri. Menikmati santapan ini. Sampai terbit pagi, ehm, dini hari. Ini pertama kalinya saya benar-benar melakukan hal bodoh, tidak berguna. Tapi menurut saya ini benar, daripada tidak bisa tidur dan saya jadi gila.

Esoknya, saya bangun pagi. Dan memutuskan untuk menempuh perjalanan 3 jam sendiri. Pulang ke kota asal hanya berbekal satu gelas minum. Sungguh! Saya sedang tidak waras. Tapi saya rasa, ini yang sebaiknya saya lakukan.

Apapun keputusan yang telah diambil, saya tidak akan pernah menyesal.Semua perjalanan ini, semua kenangan yang telah terjadi tidak ada yang akan saya sesali. Karena saya memilih dan saya harus siap segala konsekuensi. Apapun itu, semoga menjadi yang terbaik. Semuanya akan baik-baik saja. Semoga.

This is just a step, for the better or worse ~

Jumat, April 15

Kamu yang Pertama dan Satu-satunya

Kau memang yang kelima, tapi yang pertama.
Yang pertama kali membuatku sadar, betapa ikatan tak selamanya harus kencang, bahwa terbang masih menjadi pilihan yang bebas.

Kau yang pertama dan satu-satunya.
Helaan nafasmu menjadi wangi segar pagiku. Mungkin nanti, beberapa waktu lagi jika harapan terwujud nyata aku akan merasakannya setiap hari. Kau tak perlu gosok gigi tiap pagi :)

Kau yang satu-satunya dan kuharap selamanya.
Kalau kita besar nanti, 20 tahun dari kini, aku pasti lupa tanggal lahirmu, tapi kau pasti tahu bahwa aku selalu menyayangimu.

Kau yang kuharap selamanya dan tak sebentar saja.
Kalau pekat malam nanti datang, bacakan dongeng tidur untukku. Aku rindu.

Kamis, April 14

R-A-N-D-O-M

Kali ini dengan randomnya saya mengutak-atik blog yang tidak terasa sudah menginjak empat tahun lamanya menemani. Berkeluh kesah bahagia dan banyak sedihnya sih!

Gejolak menulis rupanya ada di tahun 2009, dimana saat itu saya terdeteksi selo sekali. Menulis yang sedikit rumit memang menyenangkan! Apalagi ketika seseorang menimpali, ah dia sungguh perhatian! Setidaknya berarti dia mengerti maksud saya kan :)

Makin tambah tahun sepertinya gairah menulis masih ada, tetapi untuk menumpahkannya jarang sekali bisa. Sedang stuck! Kuliah makin menggila dan baru benar-benar merasa, ini toh mahasiswa. Jadi, saya mahasiswa! Hahaha, semester 1-3 bukan mahasiswa. Kupu-kupu kuliah pulang tidur makan main. Ah, senangnya! Kapan lagi yaa bisa selo? *headdesk*

Dan nggak terasa, umur ini sudah menginjak 20 tahun. Banyak yang bilang, setelah umur dua puluh ini kamu pasti bakal kangen masa-masa sebelumnya. Ah, kalo masa sebelumnya memang menyenangkan sih, tapi ya gimana lagi, hidup itu terus berjalan kaya ular naga panjangnya bukan kepalang, berjalan-jalan selalu riang gembira :)

Udah hampir tiga tahun, ah, sempet memang ada lika-liku. Tapi akhirnya kami masih bersama. Ada satu cita-cita setiap wanita, menikah dengan orang yang ia cintai, melahirkan anaknya dan membesarkannya bersama. Ini bener-bener gila gara-gara kemaren liat anak campuran indo-bule waktu makan. She's pretty! Saya mau juga u__u lucu!

Ehm, wacana pindah kostan insyaallah terlaksana. Bismillah! Dengan segenap hati dan jiwa besar berani mencoba perubahan. Agak berlebihan sih, tapi asli berat. Ini seperti meninggalkan kenangan-kenangan manis dan sahabat-sahabat baik. Sudut sana sudut sini sudah pernah terisi, mungkin karena udah penuh jadi saya memang harus meninggalkannya yaa.

Keluarga masih tetap idola! Halo pak Maryono, bu Kami sedang ada disini dan kau tak mau menjemputnya besok T_T Icha sakit juga dan Epi pasti lagi pacaran :(

Oh iyaa, kemarin habis jalan-jalan sama mbak Danur dan Mamay (mama Om Rocky). Kita bener-bener kaya turis domestik. Keren! Cuma karena waktunya singkat aja jadi nggak bisa lama. I wish we can spending time together, again! Ehm, shopping! :)

Ini keadaan lagi panas demam, meler dan batuk. Bukan, bukan mau mengharapkan perhatian, tapi cukup sekian. Random time is over. Selamat malam, tidur nyenyak! :)







And you, baby. Good night and sleep tight. And , huummnn, happy wraping! Hug!

Kau

Adalah sebuah awan yang lembut dan sabar diterpa hujan, adalah kau yang setia merawatku saat sedang terbaring tak ada daya. Sempat aku berpikir, bagaimana bila kemarin kau benar-benar pergi? Setelah semua moment ini terlewati, apa mudah menghapusnya?

Kau yang hapus air mata di sudut lelah ini. Setiap kata yang mengalir adalah semangat berapi. Tetes hujan bahkan sanggup menepi memberi jalan padamu untuk berbagi. Ah, kini aku sungguh dusta bila berkata tak ingin dekat berdua kamu di sisa waktu ini.

Esok, bila saatnya tiba tak bisa aku meraba apa yang berlaku padaku.

Kau jelas seseorang yang benar-benar mengubahku, yang bisa merangkai bunga sekaligus sendu. Tapi kau bukan hanya milikku, masih banyak yang membutuhkanmu. Kelak anakmu, entah beribu aku atau musim semi yang terpaku.

Rabu, Maret 30

Soda Gembira

Dari banyak kisah, yang terpanjang adalah banyaknya waktu berkelakar di jalanan sekarang. Malam ini begitu berbeda. Selagi dingin-dinginnya, kuhisap minuman menarik ini, pink! Shocking pink! Biasa saja hari-hari yang lalu ketika menikmatinya, namun kali ini lagi-lagi begitu berbeda. Aku haus tapi tak ingin dimasuki mineral. Aku memesan soda gembira. Perjalanan panjang ini kutempuh sekitar tiga dentuman jam kuno, belum pernah! Dan ini namanya cari mati! Tapi, buktinya Tuhan masih mengizinkanku menyesap pink merona ini. Melihat hijau tumbuhan dan mendengarkan suara super elektrik milik mushola sebelah. Juga melangkahkan kaki menuju bangku, kemudian merasakan betapa enaknya duduk bersila.

Ah, awalnya tidak terbayangkan! Akhirnya aku bisa sampai juga disini, dengan kemampuanku sendiri, inilah uji yang seharusnya kulakukan sejak dulu. Menyesal aku selalu bergantung, tapi tak berapa lama sesal itu pergi bersama penguapan dalam proses terjadinya hujan dan awan hitam!

Lelah tetapi belum cukup waktu untuk menyerah. Halo ayah dan ibu, tolonglah jangan berkali-kali tanyakan keadaan anakmu ini, aku baik dan saat ini aku bahagia menuliskannya!

Kemudian malam ini aku dikejutkan oleh sebuah rangkaian dongeng cinta khas negeri Jassica. Oh, kemana saja? Kalimat ini begitu bagus, aku sekali! Tapi, apakah aku boleh menafsirkannya seperti apa yang tengah aku rasakan? Rasanya menyamakannya bukanlah hal yang baik, apalagi ngotot ingin membacanya, aku diam dulu hingga seluruh mendung tersapu gerimis dan tersiangi awan.

Petualangan yang menyenangkan dan satu hal, aku belajar untuk merasakan denyut cinta orang lain. Memperhatikan dan mencerna tiap nyawa yang disuntikkan. Itu bahasa cinta, mereka sedang mengobralnyaa, tersirat namun sarat makna, seperti soda gembira :)

Selasa, Maret 29

Bestie

Di selasar maya kini ribut kembali menerpa. Kantuk yang teramat sangat terkalahkan akhirnya oleh sejumlah sentil yang makin tergosok senja. Sudah lama, merpati itu tak kunjung datang lagi.

Ribuan kata menyesakkan pernah terucap disini, kotak kecil berfungsi ganda. Rindu dan cinta. Rupanya kini mereka tengah beradu, namun manis. Tak bisa tiba-tiba ada isak ataupun gelak, tak ada yang mau, semuanya salah jika terjadi.

Kini berada diatas jalan ini, tapak kaki banyak sekali terukir, napak tilas mau tak mau memelintir. Oh, waktu memang begitu cepat rupanya, tak terasa sudah angka kesekian, tetapi mengapa mendung masih saja menaung? Aku tak boleh kalah, mengejar tak baik memang, tapi apakah diam juga sebuah langkah tepat? Bagaimana kalau aku ada ditengah-tengah? Aku rasa jauh lebih indah :)

Ironi di anak tangga, kini terisi pot bunga, kotak dan kembang gula. Aku harus memilih, akan kemana dulu kaki ini bertapak, atau tangan ini saja yang memolesnya? Keduanya membawaku pada sebuah nostalgia. Satu cinta dan jutaan cerita. Rumit. Sampai sekarangpun, bahkan aku hanya ingin memandangnya saja, menghindar ketika tangan dan kaki ini mulai mendekati ketiganya. Sampan kita memang tak sama, hanya dayung yang bisa menarikku menuju sampanmu. Sampan kehidupan yang entah, tepat atau tidak karena Tuhan maha rencana.

Aku bersungut, sangat geram dengan keberadaan tiga benda ini. Bisakah seseorang tolong simpan dalam tumpukan baju itu. Merah biru dan kuning, diantaranya saja. Agar tetap bisa kutemukan hingga entah kapan.





Selamat beratus hari yang kita lalui, aku ingat semasa di taman kanak-kanak pernah menolongmu kemudian tercebur begitu saja. Namun kita bahagia. Ternyata, kita tak pernah benar-benar bicara bahasa cinta, cuma tangis yang bisa pertemukan kita. Saat bahagia tak terlalu penting, tapi jatuh adalah ramuan pahit luar biasa. Kau teman sejak zaman si preman masih mas Tono! :D

Sabtu, Maret 26

Lelaki Tangguh

Aku teringat kembali pada cerita Ibu, perjuangan mereka menyelamatkanku dari kesesakan di bus ketika lebaran pertama pasca aku dilahirkan. Lelaki ini terengah-engah turun dari bus untuk mengambilku keluar, menghindari hawa penat masuk dan memberi oksigen pada ruang masuknya. Bus butut ini konon selalu membawa mereka saat menuju rumah eyang di Klaten, hanya yang berbeda, kini mereka punya tanggung jawab lebih, membawaku sampai ke Eyang.

Bagaimana bila aku bisa menyaksikan langsung adegan itu ya? Pasti yang aku lihat adalah keringat yang mengucur dari dalam pori-pori lelaki ini. Wajah paniknya dan teriakan permisinya ditengah desakan orang-orang yang tidak rela tempatnya diambil.

Malam ini, lelaki ini begitu berbeda. "Kamu sedang apa?"

"Tugas, gak banyak sih.. butuh konsentrasi aja, sebentar lagi UTS.."

"Ambillah beberapa lembar, bersenang-senang sebentar.."

"......."

Isak tangis pecah, terdengar dari kedua penjuru. Dia lelaki tertangguhku, namun malam ini ia lelaki yang tampaknya akan sulit diterima bila meneteskan airmata. Aku simpulkan, ia memahamiku, setelah 20 tahun rasanya kaku, akhirnya aku tahu si tangguh ini bisa juga cengeng.

"Jangan lupa beli parfum mobil bendera Amerika yaa.."


Baginda raja yang tangguh pun tahu kapan saatnya ia sumbang sedikit perasaan untuk putrinya :)

Jumat, Maret 25

Orange

Pagi ini, aku siapakan cemilan dan teh hangat. Tidak biasanya. Dingin luar biasa, setelah semalam berkutat dengan jalanan yang sepi lancar.

Humn, sebuah pengabdian pada masyarakat bergaung di telinga. Pagi ini pula semuanya akan ditentukan. Bertemu dengan teman seperjuangan di Juli dan Agustus. Berat rasanya, ketika menelan kenyataan, "Kita puasa nggak bareng keluarga.."

Lagi, arti sebuah obrolan panjang, terimakasih The Djough, rupa-rupanya aku yang harus bergerak dulu yaa, semoga penghargaan itu bisa kami raih!

Bapak, Ibu.. Tidak menyangka setelah 20 tahun lamanya, akhirnya 'teman' ada dalam sosok kalian. Pagi ini, aku ingin memulai dengan riang! Kalian yang bilang, "tak pernah ada yang sempurna dari satu tujuan.."

Have a nice weekend you all!


*setelah bersajak, bolehkan saya ketjup basah pipi kalian? :)

Senin, Februari 28

Lil pumpkin




See, how sweet this li'l boy..

The decisive and smart boy, at least until now he still like that..

Men who are always there, when sad and happy time.

The cute one.. The great man.. As always...





love

Rabu, Februari 23

Time Flies - Turning 20YO

Biarlah kerandoman malam ini menguasai, sebelum pagi menjemput malam supaya galau tak melulu mengakar. Setelah Bapak, aku ingat kamu, mas Kulin istimewa, yaa, seperti Adobijang Tetap Istimewa, AB tetap istimewa.. AB-UN, yaa, tolong aku jemput malam ini menyusulmu tidur biar rindu tanpa sebab ini tidak terlalu menyiksaku.

Aku ingin menulis yang bagus-bagus kali ini, tidak dengan perasaan cemburu tapi senang!

Tiba-tiba aku teringat ulangtahunku-ehm-yang ke-20! *kau mengucapkan 20 berkali-kali dan kata TUA amat menghantui :)*

Belum genap duapuluh sebenarnya, namun hari ke-23 di November itu, kau mengajakku ke alun-alun mengunjungi beringin babut. No! Bukan itu yang akan diceritakan, tapi hal konyol, belum pernah terjadi, bahwa seseorang memberiku kado ulangtahun sebelum ulangtahun sebenarnya datang. :)

Kau memang lucu, mas..

Yak, terimakasih, itu sangat istimewa dan konyol! Namun, selalu ada kejutan darimu, tidak pernah terduga. *Aku menulis ini sambil memainkan Woody Lasso Action! -Wuuff! -cetek-cethek*

Intinya, aku berterimakasih padamu, semoga kau tak mengingatkanku lagi untuk rajin menguras akuarium dan tentunya karena aku sudah TUA.

Selamat menyambut dua puluh purnama kesekian, ah, rasanya aku terlalu manis malam ini. Tak apa, biar semua tahu, kau selalu menyenangkan! :)

Bapak

Aku rindu bapak, aku masih gadis kecilmu yang dulu, pak. Yang selalu banyak meminta dan menuntut, yang sering berebut remote TV denganmu ketika siaran tinju. Aku masih gadis kecilmu yang dulu, si cerewet banyak bertanya yang kau diamkan, tak ditimpali.

Iya, pak. Kau memang selalu begitu. Diam walau hal-hal penting kutanyakan padamu. Entah, kenapa Bapak seperti itu, namun semakin lama aku tahu, maksudmu agar aku mencari tahu sendiri tak melulu menggangumu.

Sekarang, aku mengerti arti dari diammu, pak. Mencari tahu dan jangan mengganggu. Namun, seringkali aku mengganggu orang lain, bukan kau, pak. Banyak aku bertanya, tetapi lebih banyak aku simpan sendiri untuk kucari tahu. Bila tak berujung, baru aku tanyakan padamu semua yang aku tak tahu.

Pak, kau pernah bilang padaku kalau hanya Ibu dan aku yang mengagumkan tak ketinggalan dua bidadari peramai rumah yang lahir berdekatan. Katamu, kami mengagumkan. Kau satu-satunya lelaki yang mengatakan demikian padaku. Ah, pak, tahukah kau betapa aku rindu disebut begitu ;)

Dan aku tahu mengapa, pak, kalau tujuh belas bukan angka yang bagus lagi, aku menjatuhkan pilihan pada angka sebelas, bagus, dua huruf kembar. Tapi aku tak tahu, apakah kau sependapat denganku, pak? :)

Kamis, Januari 27

Sanubari dan detil

Aku rindu, barisan kalimat manis yang kau buat.
Kau beri judul pengulangan. Inilah detil lain yang sedang aku ingat.

Namun aku terluka melihat barisan kata sakit hatimu, bercerita tentang sayap patah. Jemariku beku, mataku perih. Dalam diam aku menangis. Sedih sekali. Aku jadi ingat kau pernah bilang, wanita menangis sendirian ketika malam menikam hati yang semak. Iya, hatiku sakit, tengah menangis di semak belukar setinggi pilar.

Aku berpikir dan bertanya pada pikir yang bisa menjawab. Bagaimana bila satu hati merangkul dua hati yang lain? Butuh legowo untuk membaginya, memusingkan keduanya. Namun tetap ada yang tempat yang lebih besar untuk salah satunya, itu pasti.

Aku tidak memiliki pemahaman yang besar untuk hati yang memiliki cabang. Seperti ada bagian dari diriku yang tak rela bila masa lain turut ambil bagian.

Namun, semuanya pernah terjadi. Dulu sekali.

Aku masih mengingatnya hingga kini. Bukan tak memaafkan, hanya menemukan sedih luar biasa dalam sanubari yang tak memiliki pengertian setara Tuhan.



Yogyakarta, ketika hujan memeluk dan leleran mencair..

Senin, Januari 24

Halo

"Halo.." sore ini aku sesap teh panas yang mengepulkan rindunya pada bibirku. Lama aku tak menyesapnya lewat cangkir ini. Kerinduan yang sedikit terobati dari sebuah kebiasaan yang telah lama tertinggal saat aku berlari.

"Halo.." sebuah sapaan pembuka lewat telepon. Sangat jarang sekali kita bercengkerama lewat suara yang terhubung dari speaker mini. Menghabiskan rupiah demi rupiah yang berubah menjadi nyawa untuk gadget genggam ini. Sapaan lewat suara memang jarang kita lakukan, kecuali saat special, bagimu dan bagiku. Itu menyenangkan. Aku senang ketika layar ini memperlihatkan namamu, lelaki tengah malamku.

"Halo.." jembatan antara perpisahan. Untuk mulai merangkai kata kembali, mengobrol lagi, bercengkerama dibawah pelukan hujan. Tidak basah, namun hangat. Ditemani cangkir ini, si cangkir hadiah, cangkir tanggung jawab. Kau pasti bisa menebaknya, membayangkannya dan tak mau lagi meminum air dari wadah buluk ini.

"Halo.." aku kusutkan memori dalam ingatan ini. Aku sedang ingin mengenang detil tentang kita. Detil penting yang banyak aku lupakan tentunya. Seperti lagu ketika gerimis Oktober itu sayup-sayup menikam. Membawa kita sampai pada 27 purnama yang perlahan sempurna. Namun, aku ingat ketika genap 24, lagu yang terputar...

I'm falling into memories of you
and things we used to do, follow me there,
a beautiful somewhere, a place that I can share with you

I can tell that you don't know me anymore, It's easy to forget,
sometimes we just forget, And being on this road is anything but sure,
maybe we'll forget, I hope we don't forget.


"Halo.." alas kakiku seperti sudah terbiasa melangkah dengan jelmaan sneakers hitam putihmu. Keduanya seperti sudah cocok dan menempel lama. Mereka akan selalu berjalan beriringan kearah yang sama, dengan keputusan si empunya yang selalu saja melontarkan kata 'terserah' saat memilih tempat rehat sejenak mengisi perut lapar ;)

"Halo.." aku diam mematung disini menunggu detik yang pasti akan segera datang. Sepatu kita tidak akan menuju kearah yang sama lagi. Ada batas antara kita nanti, kau yang mengejar masa depan sambil bersabar dan aku yang masih mengabdi pada kota ini, untukku nanti agar sekaligus menjadi harapan membanggakan. Sedianya, aku akan tinggal dan kau pasti pergi.

"Halo.." hanya saja tengoklah aku. Meski sempat tidak datang dengan sekedip mata mengerling. Paling tidak, kau tak hanyut dalam roda itu, roda baru yang menyambutmu hangat. Roda yang selama ini menjadi harapanmu yang menjadi simbol kemapanan seseorang. Ingatkan pada telpon genggammu agar memberi kabar padaku nanti, semuanya yang menyenangkan. Dan segalanya yang membuatmu gundah, meredupkan semangatmu. Aku selalu suka mendengarkan semua ceritamu, lelaki yang tak pernah mengeluh.

"Halo.." ada yang mendesak ingin keluar. Perih yang berasal dari kelopak mata, ia memerah. Kuseka dan berlalu. Aku ditikam takut. Aku sendiri, dengan cangkir yang merindukanmu. Memintamu menyeduh, sebentar saja. Kemarilah, kita duduk bersama, meminumnya.

Jumat, Januari 21

Bold(ing)

Sempat ragu melintas saat hati ini ketar-ketir menunggu balas. Membayangkan masa depan yang mau tak mau memang memisahkan. Sejauh bumi dan matahari, namun mereka masih dalam satu tata surya, punya ikatan kuat dan menjadi takdir abadi.

Aku baru bisa menggambarkan mungkin saat semuanya sudah benar-benar terjadi. Aku tidak sempurna, ingat kan? Kurang sempurna itu bisa dijadikan alasan dan boomerang bagiku nanti. Pelupa dan penyepele masalah.

Atau bisa saja lagakku yang selama ini aku paksa menjadi sempurna yang akan memuakkan beberapa waktu lagi.

Namun, sekarang aku tetap mengukir garis ini. Menebalkannya agar kita nyaman berada di dalam sambil melintasinya. Menikmatinya. Tujuan utama sebenarnya adalah agar tetap mengikuti garis yg diharapkan, menuju kesempurnaan yang ingin didekap :)

Kamis, Januari 6

BLUE SKY COLLAPSE

As I walk to the end of the line
I wonder if I should look back
To all of the things that were said and done
I think we should talk it over

Then I noticed the sign on your back
It boldly says try to walk away
I go on pretending I’ll be ok
This morning it hits me hard that

Still everyday I think about you
I know for a fact that’s not your problem
But if you change your mind you’ll find me
Hanging on to the place
Where the big blue sky collapse

As I stare at the wall in this room
The cracks they resemble your shadow
When everyday I see time goes by
In my head everything stood still

I’m waiting for things to unfreeze
Till you release me from the ice block
It’s been floating for ages washed up by the sea
And it’s drowning, thought you should know that

You see people are trying
To find their way back home
So I’ll find my way to you











by: Adhitya Sofyan

http://musiklib.org/Adhitia_Sofyan-Blue_Sky_Collapse-Lirik_Lagu.htm

Minggu, Januari 2

Sweet Apple Pie






I never ever met this guy,
who treats me like apple pie
A sweet apple pie,
an adorable cupcake




But,
I won't fight 'these butterflies'





(love)