Kamis, Maret 12

KisahSangPenjemputMimpi


Tak bisa di jelaskan, seperti apa wajah sang wanita penjemput mimpi yang kutemui di senja Februari. Ia menunduk diam dengan kegalauan yang ia simpan dalam-dalam. Wanita itu kebingungan. Parasnya memancarkan kilau hatinya yang bimbang.

Selalu bertanya, kemana pria-ku? Mengapa ia pergi? Apakah ia tak tahu aku begitu merindunya? Bagaimana perasaannya padaku? Jadi ia anggap apa selama ini perjalanan yang begitu berkelok dilalui, begitu mudah ia tinggalkan.

Wanita itu akhirnya menangis. Melegakan hati yang miris akan kerinduannya pada sang pria. Ia terpuruk, namun ia segera bangkit. Untuk apa? Untuk menjemput mimpinya yang terhambat oleh pria pesakitan. Pria yang telah lama ia kurung dalam bongkahan kristal hati.
“Selamat tinggal keterpurukan…” ujarnya dengan senyum mengembang.

Tidak ada komentar: