Selasa, Februari 24

NyampahModeON

Penghujung Februari yang diiringi mendung. Panas menyengat menaungi atmosfer Jogja. Teriakan Chris Martin lantang terdengar, “it’s true, look how they shine for you…” lembut di telinga. Nafas notebook yang menderu, “lelah…lelah…lelah…”

Mengingat kenakalan remaja di masa lalu. Dari angka 17 beralih ke-18. Saat pertama kali meninggalkan kampung halaman demi menuntut ilmu. Tangan ayah bunda yang tak sehalus kala aku masih rajin menjamah-nya. Saat naik travel pertama kali, “mama oh mama…dingin sekali AC di dalam ini.” Saat aku beranjak dari masa yang tak lagi dapat kusebut masa kejayaan.

Kamar sempit yang sempat ku keluhkan pada ayah. “tak ada yang lebih luas?”
Ibu kos yang nampaknya tak mengenali anak kost-nya sendiri yang telah tinggal lama selama ENAM BULAN. Sampai aku hafal nomor rekening BCA-nya, beliau tetap tak mengenaliku. Saat mengantarkan piring bekas berbuka puasa ke dapur lewat pintu belakang. Itu baru kedua kalinya AKU MELIHAT IBU KOST! Girang? Tidak aku tidak girang. Hanya tak habis pikir, orang yang menumpang padanya tak dikenalinya sama sekali. Orang tua jaman sekarang.

Pacar baru. Alhamdulillah. Sosok yang istimewa. Menyambut empat bulan kebersamaan yang bermakna.

Kuliah, teori, kehidupan. Di pelajari. Di metateori-kan, sesuai paradigma. Clasiccal, critical, constructivism. Belum mengerti benar. Miller, John, Purbo. Tentang rutinitas, tentang kejadian yang berulang-ulang akan kualami. Dhuar! Kuliah pulang kuliah pulang, di selingi dengan bermain bersama teman-teman di taman impian yang riuh. Ingin beralih dari zona aman ini. Bergerak. Terjang! Lawan! Hap…lalu ditangkap.*mimpinya*

Ayah, bunda. Sudah dua minggu aku tak pulang. Ingin nuansa rumah pink itu ada di sini. Adik-adik yang ber-ceracau tak jelas. Bunda yang setia dengan senjata andalannya membangunkan si sleeping beauty ini*gedor2 jendela lewat dapur*. Ayah yang pelit meminjamkan mobil*si item…I miss u too…*

Mbak Sur. Kepopulerannya di dunia pel-mengepel, pu-menyapu, teng-menggenteng*kalo atap bocor*. Terkadang nggak meaning kalo ngomong. Tapi baik hati dan tidak sombong.
Aku lelah, hanya bisa nyampah! Tujuh paragraph tentang hal yang ada di kepalaku sekarang. Selasa, 24 Februari 2009, 3:43pm.

Sabtu, Februari 21

NemoOhNemo

Roda dua terus melaju tak kenal lelah demi Nemowati yang tak kunjung di genggam. Uh..uh..merutuk dalam hati, di kota sebesar ini, ikan bercoreng itu sangat langka*saat kami cari*. Sudah tak terhitung banyaknya toko ikan yang kami kunjungi*lebai tapinya*.

Ingin sungguh ingin memilikinya. Dulunya hanya dalam angan saja ingin memelihara si ikan macan, barulah kemarin tercetus ide dari pangeran dari gua hantu yang mendedikasikan diri akan membelikan si Nemowati. Wah, langsung kusambut dengan riang gembira libur telah tiba libur telah tiba. Pingu-ku baik sekaliiii…

Hanya ada satu toko yang menjual si Nemowati*rencana akan diberi nama demikian, untungnya bukan Nemotuti…huuufffhhh…* namun tetap kecewa, karena si Nemo yang aku inginkan tidak di jual. Saat aku Tanya mengapa si ikan impian itu tak di jual, mas nya menjawab,
“buat sempel, mbak…”
“Ayolah mas…si ikan udah mengundang buat di beli tuuhh…”kataku sambil menunjuk akuarium berisi dua Nemowati.
“Itu buat sempel, mbaakk…”kecewa…kecewa…kecewaaa…

Pinguuuuuuuu…gimana dong???

Jumat, Februari 13

SistaDontCry

Sosok kecil dan kurus itu tengah berdiam diri di sudut kamarnya. Menenggelamkan pikirannya dalam bayang-bayang keluarga yang ia kira menyayanginya. Ia tak habis pikir, mengapa setiap perbuatan yang ia lakukan selalu salah di mata mereka. Kakaknya yang ia harap mengerti, ternyata tak banyak membantunya keluar dari perasaan yang menyiksa.

Ia diam. Ia berpikir. ‘Apa yang harus kuperbuat? Apakah aku salah ada di dunia ini? Karena aku tidak seperti adik dan kakakku? Ataukah ayah ibu tak menginginkanku?’ Ia sempat berpikir ingin enyah saja dari sini, melebur bersama bintang-bintang yang selalu diidamkan keberadaannya oleh semua orang.

Kasihan bocah itu. Ia tertekan namun ia diam. Ia tersiksa namun ia tabah. Ia terluka namun tetap tegar. Menjalani hari-hari seolah tak ada apa-apa. Seolah semua berjalan baik-baik saja, padahal segalanya kontras sekali dengan semua yang dirasakannya, ia tutupi dengan wajah yang selalu di pasang ceria, dengan wajah yang keras dan seolah mampu menghadapi semua. Namun ia tetap bocah kecil yang hatinya terluka. Yang pada dasarnya selalu ingin dicintai.

Ia bertanya, ‘apakah arti hidup?’
Namun pertanyaan itu tak kunjung terjawab. Hingga sekarang. Ataukah pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk tidak di jawab? Hanya bocah kecil itu yang tahu. Bocah yang hatinya terluka namun tetap tegar.


::untuk adikku, semoga aku bisa membantumu…::

Selasa, Februari 10

RekomendasiOlehOleh


Gudeg, batik, kaos dagadu, dan bakpia pathuk adalah oleh-oleh khas kota Yogyakarta yang ke-khasannya melekat pada kota ini dan telah bergaung dimana-mana. Semuanya dapat kita temukan di daerah sekitar Malioboro yang selalu ramai pengunjung.. Demi mendapatkan oleh-oleh khas Jogja, semua orang berbondong-bondong menyambangi Malioboro. Berjubel dalam lorong-lorong trotoar yang sempit bukan masalah, yang penting keluarga dirumah senang dengan oleh-oleh di tangan.

Aneka macam oleh-oleh tersaji, tetapi sepertinya yang banyak dicari dan menjadi primadona adalah bakpia. Mengapa saya berkata demikian? Karena teman-teman saya kebanyakan berasal dari luar kota, dan yang saya perhatikan setiap saat mereka akan pulang ke kampung halaman, buah tangan yang dipersembahkan untuk keluarga di rumah adalah bakpia! Saat saya bertanya mengapa harus bakpia, sebagian besar dari mereka menjawab, “karena bawanya nggak ribet, trus keluarga di rumah juga lebih seneng kalo di bawain bakpia. Enak sih!”

Daripada berjubel-jubel dan terkena macet di daerah Malioboro, tak usah berpusing ria mencari tempat yang menjual bakpia super enak. Tanpa melalui banyak kendala, daerah Jalan Kaliurang menjadi alternatif yang memudahkan kita untuk mendapatkan bakpia dengan akses transportasi yang mudah. Walaupun berada di kompleks perumahan, namun tetap gampang untuk menemukan sebuah rumah yang memproduksi bakpia dengan plang nama PiaPia bertengger di sudut pagar. Usaha home made yang dikelola oleh Ibu M. Ridwan Syah yang beralamat di Pogung Baru E38A Jalan Kaliurang Km.5,5 Yogyakarta ini, menyediakan bakpia dengan berbagai macam rasa. Bakpia rasa kacang hijau, coklat dan keju. Coklat dan kacang hijau menjadi rasa favorit yang banyak di pesan oleh konsumen.

Saat melihat kardus mungil dengan kemasan yang apik, saya segera tergoda untuk melihat isi dibalik kemasan menggiyurkan tersebut. Bulatan-bulatan bakpia yang super besar untuk ukuran bakpia pada umumnya menyihir tangan saya untuk mencomotnya satu dan…hmm…rasa yang membuat lidah terus bergoyang untuk menikmati rasanya. Sangat enak! Hanya dengan Rp 27.000/dus anda dapat menikmati bakpia super dengan rasa yang tak kalah enak dengan bakpia di sekitar daerah Malioboro.

Anda dapat memesan PiaPia ini via telepon di 0274-566317 untuk memilih rasa yang diinginkan. Namun bila langsung ingin membeli tanpa terlebih dahulu memesan, anda hanya akan mendapatkan satu macam rasa yaitu keju. Seperti yang sudah saya jabarkan diatas bahwa PiaPia terlaris Ibu Ridwan adalah rasa coklat dan kacang hijau.

Inilah rekomendasi oleh-oleh khas Jogja dengan terobosan baru. PiaPia, cara lain menikmati bakpia Jogja, ke Jogja ngga’ beli PiaPia, mampir Jogja jadi sia-sia. Begitulah kira-kira slogan dari PiaPia.

QualityTime

Esok, saatnya aku berpulang. Bukan, bukan berpulang yang banyak di maknai orang. Pulang ke kampung halaman. Kota ini, akan kurindukan. Padahal aku pasti kembali, namun rasanya berat. Kuingin membawa dan mengulang segala kenangan yang ada, bersamanya.

Beberapa hari yang menakjubkan. Membawaku pada suatu kebahagiaan yang pastinya akan kupenjarakan dalam-dalam di memori ini. Sulit tuk dilupakan, untuk dikenang.

Masa sulit yang telah terlewati, masa dimana segala bentuk ujian telah tercoba dan dilalui. Kita bisa, aku yakin kita bisa. Tapi, seperti katamu, “Jangan berharap terlalu tinggi, ingat jatuh…ingat jatuuhh…”

Minggu, Februari 8

RaftingSerayuSuperSekali!!


Kulit yang menghitam ini adalah buah dari kesenangan di Sabtu pagi bersama teman-teman semasa SMP. Sudah lama kami tidak berjumpa karena terpisah jarak, rindu menyergap dan membawa kami pada pertemuan di tanggal tujuh bulan kedua, awal tahun yang baru.

Awalnya ide untuk berkumpul telah lama di koar-koarkan, namun baru bisa ter-realisasi kali ini. Kami memilih untuk bermain rafting di Serayu Adventure Banjarnegara yang base camp-nya terletak di desa Singamerta.

Rombongan yang semula di targetkan sepuluh orang, menyusut menjadi enam orang. Ini adalah hal yang sangat kebetulan, mengingat satu raft hanya terdiri dari enam orang dan satu guide. Akhirnya kami bergabung dalam satu kapal, berharap menjadi tim yang solid dalam mengarungi jeram-jeram yang menanti di depan mata.

Basecamp Serayu Adventure ini terletak di Desa Singomerto, Kecamatan Sigaluh Banjarnegara, di kotaku yang menyimpan banyak potensi yang belum sepenuhnya tergali. Keberangkatan menuju Desa Tunggoro menggunakan angkutan pedesaan berlangsung di jam sepuluh, setelah sebelumnya kami mengenakan perlengkapan yang terdiri dari pelampung, helmet dan dayung. Yeah! Kami siap berangkat!

Sesampainya di desa tujuan keberangkatan raft, kami melaksanakan briefing terlebih dahulu. Inti dari semua briefing tersebut adalah kita mengutamakan keselamatan diri sendiri, teman dan yang terakhir peralatan. Kekompakan juga turut andil dalam membentuk tim rafting yang solid.

Saatnya turun ke raft. Rasa gelisah menaungi kala itu. Karena ini pertama kalinya bagiku, menyatu dengan alam dan turun langsung ke sungai. Peralatan siap, hati mantap! Saatnya rafting dimulai! Menyusuri lekak lekuk sungai Serayu yang ber-arus deras. Masih belum bisa mengontrol diri untuk tidak panik. Teriakan ketakutan mewarnai permulaan rafting di siang yang tak terlalu panas itu.

Dari belakang, guide mengarahkan raft ke jeram yang pertama. “Dayung kuat… Satu… Dua…” dengan segenap tenaga kami mengikuti arus sungai yang deras. “Awas… Siaaap… dan… Byuuuuuuuuuuurrrrrrr…” hal menakjubkan terjadi, kami seakan tertelan oleh jeram barusan. Ada yang hampir terjatuh. Belum-belum guide berteriak lagi, “Kuda-kuda kaki yang kuaaat.. Dayuuuunngg… Satu… Duaa…dan byyyyyaaaaarrrrr…”. Wah, tiga temanku tercebur ke sungai. Saatnya menerapkan apa yang telah disampaikan di briefing awal tadi. Diri sendiri selamat, kemudian selamatkan teman. Ada kepuasan tersendiri saat kita berhasil mengangkat teman kembali ke raft.

Empat jam mengarungi sungai Serayu, di tengah-tengah perjalanan ada tempat peristirahatan. Kelapa muda dan tempe goreng menggoda untuk di lahap. Nyam..nyam… !!
Perjalanan di lanjutkan ke base camp. Saat hampir sampai, rasa-rasanya kami ingin kembali mengarungi jeram-jeram tadi. Ahh, tapi sudah harus naik ke base camp dan beberes. Yahh, aku ingin turun ke sungai lagi ^_^

Pengalaman yang sangat-sangat menakjubkan! Resiko ber-rafting hanyalah satu: Ketagihan

Tak bisa kuungkapkan lagi, seberapa mengasyikannya petualangan yang aku alami di hari Sabtu siang itu. Amaziiinnngggg!!!
Kalian harus mencoba! Serayu Adventure Banjarnegara dengan jeram-jeram yang menantang! Yiipppiiieeee…

SemangatMenulis

Sore itu, saya menemukan sebuah sobekan kertas. Saya pungut untuk tahu isinya karena dari jarak pandang saya sobekan tersebut terlihat menarik.

“Tips Gemar Menulis dan Alasan Mengapa Gemar Menulis Itu Penting”
Saya telusuri tulisan demi tulisan. Dan saya menyimpulkannya, menarik!

Dalam artikel tersebut, dikatakan bahwa rasa suka terhadap sesuatu merupakan prasyarat untuk keberhasilan di bidang apapun, termasuk menulis. Hanya orang yang gemar menulis saja yang akan menulis dengan sering dan dapat teliti terhadap hal yang mereka butuhkan. Melalui menulis secara mandiri, akan mengembangkan irama dan gaya pribadi mereka. Orang-orang yang belajar menulis mandiri akan tahu cara menulis dengan fokus, tajam dan jelas. Orang yang menyukai tulis menulis biasanya jarang menunda-nunda pekerjaan. Orang yang gemar menulis akan menjadi seorang yang lebih unggul dalam sesuatu. Dengan terampil menulis, seseorang akan memiliki cara yang
mudah untuk mengatasi trauma emosional. Penulis yang terampil memiliki keuntungan besar dalam bidang penulisan.

Saya teringat mata kuliah yang saya ambil saat semester satu. Kala itu, kesadaran menulis belum menghampiri saya. Berkali-kali dosen makul tersebut menekankan pada saya untuk setiap harinya menulis minimal 200kata, agar kita terbiasa menulis.

Dan setelah saya berkenalan dengan blog beberapa waktu lalu, saya menjadi semangat untuk menulis. Menuangkan apapun yang saya rasakan, walaupun masih seputar kehidupan pribadi. Suatu saat, kelak, di suatu masa mungkin saya bisa menulis dengan baik, mengenai segala hal. *terus berharap!*
Kini, saya mengerti, tujuan dosen makul yang saya ikuti yang berkali-kali menekankan "menulislah..menulislah..menulislah!" adalah baik. Ia mengajak kami untuk terampil menulis, karena banyak keuntungan yang di dapat dari menulis. Semoga tetap jaya!

Maya semangat nulis blog-nya!*support diri sendiri dalam hati…*




Ps: artikel di pungut di lantai rumah, pukul 18:17 WIB, penulis artikel Ida S.

Jumat, Februari 6

SebuahPelukan

Memang benar, sesuatu terasa sangat berharga saat telah tiada. Itu yang aku rasakan beberapa waktu yang lalu. Efek dari sebuah pelukan. Yang menghantarkanku pada kenangan saat nenek masih ada.

Nenekku, sosok yang tua dan tergopoh-gopoh saat berjalan itu sangat memanjakanku. Aku dipanggilnya Ima, entah kenapa, atau karena lebih gampang di lafalkan olehnya? Ia sangat senang bila aku mengunjunginya, bahkan pernah merengek-rengek minta meneleponku hanya karena ingin cucunya datang berkunjung. Yang kutahu, nenek tak bisa menelepon, dan pendengarannya sudah sedikit kabur. Akupun harus berbicara lebih keras bila ingin meminta sangu… :p

Kabar nenek telah tiada sampai ke telingaku. Sebelumnya beliau tidak sadarkan diri selama dua hari. Aku tidak berkunjung, aku takut. Bahkan sampai nenek tiada pun, aku belum menengoknya. Hanya sesal saat itu yang menghampiri. Aku tidak siap, kehilangan nenek. Bunda berkata, “Mbah udah di panggil Tuhan…” aku masih saja diam, tak percaya.

Sekarang, aku hanya bisa membisu, merindukan nenek. Sosok tua yang kurindukan, yang tak kutengok hingga malaikat menjemputnya.

Kini aku kehilangan nenek…

Kemarin, aku dipeluk oleh seorang nenek. Hawa haru menyergap. Bayangan nenek melintas. Sosok yang aku rindukan, yang aku takutkan tak lagi ada, kini memang telah tiada. Memunculkan kembali bayangan nenek dalam ingatan. Aku dipeluk oleh Ombai…

DuaMata

Dua mata ini mengantuk. Dua mata ini kelelahan. Dua mata ini meredup. Setelah melihat segala kegamangan yang terjadi hari itu. Tak dapat mengambil keputusan, bertanya pada semua orang. Tak satupun mengerti.

Dua mata ini menyapu ke segala arah. Dua mata ini kelilipan. Dua mata ini ternoda oleh debu beterbangan. Melewati hiruk pikuk jalanan kota. Bersama orang tercinta.

Dua mata ini menegang. Dua mata ini memerah. Dua mata ini berkaca-kaca. Ketika tahu, bahwa hidup yang dilaluinya harus disertai perjuangan, bahwa usaha keras adalah jalan yang tepat, dan buahnya adalah bahagia yang siap mendekap.

Dua mata ini melihat ke arah dua mata lain. Mencoba menerobos masuk, ingin tahu apakah pemiliknya merasakan hal yang sama denganku. Namun gelap menghempaskannya dalam diam. Pssssttt… Hanya pemiliknya yang tahu.