Kamis, Juli 17

Kencan Rabu

Aku menunggumu di bawah sinaran mentari yang sedang terik-teriknya siang ini. Kau datang. Bersamaan dengan kacamata hitammu, tampak bergaya dan kekinian. Kau membuka percakapan dengan, "Pakailah tissue ini untuk bersihkan keringatmu."

Matahari masih tinggi-tingginya. Kita menyusuri jalanan kota kecil ini untuk pertemuan yang sudah kita rancang sedari lama. Rindu hanya satu obatnya. Pertemuan hari ini. Aku tidak lagi bisa bedakan arah, kiri atau kanan karena di sampingku hanya ada kamu. Konsentrasiku buyar. Semua terasa hanya kita berdua saja di sini. Aku senang.

Bulan lalu di hari yang sama, aku termenung sendiri di pojok kamar. Membayangkan datangnya hari ini. Sempurna seperti yang terasa. Benar-benar terjadi. Lingkar pinggangmu yang kini terasa semakin kokoh.

Dalam perjalanan pulang, yang aku sayangkan hanya waktu yang bergulir cepat. Tak peduli dengan kebahagiaan yang tengah aku alami. Waktu semena-mena memutarnya seperti gilingan kelapa. Cepat. Tak henti-henti berputar untuk mengaduk ampas-ampasnya.

Tetes hujan membasahi jalanan. Aku tersenyum sendiri. Melihatmu kini menggenggam tanganku. Akhirnya.