Rabu, September 23

Nyanyian Dunia Nyata

Harus memulai dari mana ketika hendak mengawali pijakan yang terbayang berat .
Sebuah hambatan: ketidaksempurnaan diri menghadapi sebuah kenyataan.

Kembali saya harus menengok ke belakang.
Padahal orang-orang bilang, jangan tengok masa lalu kalau itu membuatmu mundur.
Jangan ikuti peta kemunduran itu ketika dia menyesatkanmu.
Bakar saja, buang saja.
Tapi kali ini saya ingin, saya membutuhkannya.

Melongok kembali jendela ber-trallis abu.
Itu sebuah masa silam. Berdebu.
Masa silam milik siapa saja.
Suram ataupun berbunga.
Pertama mengusapnya, tangan mulai gatal.
Ketika jendela terbuka, kaca pecah bertebaran. Tangan ini terluka.
Akhirnya, saya berhasil memasukinya. Dan hatipun tersayat.

Kini saya memilih kembali tengadah ke depan.
Berjalan merunduk menuju pendewasaan diri yang dibayangi ketidaksempurnaan nyaris sempurna.
Pelan-pelan dengan sayap yang kalap. Tak dapat dibawa terbang.
Belajar dari pengalaman membuka jendela berdebu tadi.

Beberapa pertanyaan terlintas [lagi].
Dengan siapa lagi saya harus berbagi?
Tidak semua orang tahu cerita masa macam apa ini.

Kepada siapa lagi harus meminjam bahu?
Di dunia yang berkedok sempurna, padahal sebaliknya. Rapuh.

Akhirnya, saya harus memilihnya sendiri.
Memilih bahu itu dan bagaimana melalui dunia penuh geliat palsu.
Melalui segala kepalsuan. Kembali sendirian.



thanks to christovelramot.blogspot.com--> untuk gambarnya yg saya culik...

Jumat, September 18

T.T


Cheese Cake Cheese Cake Cheese Cake Cheese Cake
Cheese Cake Cheese CakeCheese Cake Cheese Cake
Cheese Cake Cheese CakeCheese Cake Cheese Cake
Cheese Cake Cheese CakeCheese Cake Cheese Cake
Cheese Cake Cheese CakeCheese Cake Cheese Cake
Cheese Cake Cheese CakeCheese Cake Cheese Cake
Cheese Cake Cheese CakeCheese Cake Cheese Cake
Cheese Cake Cheese CakeCheese Cake Cheese Cake
Cheese Cake Cheese CakeCheese Cake Cheese Cake
Cheese Cake Cheese CakeCheese Cake Cheese Cake
Cheese Cake Cheese Cake Cheese Cake Cheese Cake
Cheese Cake Cheese Cake Cheese Cake Cheese Cake
Cheese Cake Cheese Cake Cheese Cake Cheese Cake
Cheese Cake Cheese Cake Cheese Cake Cheese Cake
Cheese Cake Cheese Cake Cheese Cake Cheese Cake
Cheese Cake Cheese Cake Cheese Cake Cheese Cake

Selasa, September 15

Sebuah Perjalanan

Sahabat pernah bercerita pada 'saya' tentang segala kebodohan yang 'ia' alami. 'Dia' telah lama menunggu untuk dijadikan sang ratu hari itu. Ternyata kita tak boleh sepenuhnya percaya pada orang, bahwa nyatanya sahabat 'saya' itu dibohongi, bahkan disakiti dan ditinggalkan. Jadi, kemana janji si pria untuk menjadikannya sang ratu hari itu? Omong kosong!

Hal lain yang membuat'nya' tersiksa adalah tak bisa menghilangkan si pria dari pikiran'nya'. Ooo, apapun ini nampaknya si pria sangat gencar menembakkan aksi gombal hingga 'sahabat saya' merasa ada yang hilang saat si pria minggat. *Ehem, bila 'saya' yang mengalaminya, akan 'saya' ingat kebejatan dan hal-hal bodoh (yang ketika masih bersama bisa di maklumi), agar hal bodoh itu bisa membuat'nya' bosok. Ho, apapun.*

Bagian inilah yang paling sulit, ketika hati telah terjerat cinta *walau cintanya ternyata penyakit* maka sulit sekali saat harus membuka hati bagi hati yang lain. 'Dia' memang bukan orang yang mudah jatuh cinta. Jadi harus bagaimana lagi, disini 'saya' berperan sebagai "mak comblang yang gagal". Fiuuhh!

Sedih berlarut-larut membuat'nya' jelek. Mata sembab. Badan kurus. Pipi tirus. Tak ada daya. Yah, biarlah 'dia' menikmati kesendiriannya. Salah siapa tidak mau mencoba membuka hati? Hmm.

Dari sekian banyak hal yang 'dia' alami. Dari sekian kelakuan bodoh yang 'ia' lakukan, terselip rasa salut yang besar dalam benak 'saya'. Bahwa ternyata 'dia' menunggu, bukan menunggu si pria dengan segala bual yang menistakan, namun menunggu sampai rasa yang 'ia' punya tergantikan dengan sendirinya oleh hati yang lain. Mungkin bukan pria yang 'saya' sodorkan kala itu. Mungkin bukan si Slamet yang menjadi idola, atau si Jiwo yang dulu pernah ia suka. Mungkin seorang Adam yang akan senantiasa menyayangi Eve-nya.


***********


Dan rasa itu segera tergantikan. Oleh senyum kemenangan sang Adam. Oleh kecupan senja berinaikan hujan. Di Oktober dua ribu delapan.

Sabtu, September 12

Intermezo .::09:44::.

Saya terlalu lelah pagi ini. Berpikir tentang hal yang seharusnya tak terlalu dipikirkan, dilupakan saja lebih baik. Menembus dimensi masa silam yang bukan milik saya. Merasa kesal sendiri saat harus membandingkan diri dengan orang-orang berinisial ini dan itu.
Ah, telpon ini mengganggu lamun saya. Maaf, pagi ini saya sedang dibawah normal. Dalam mood yang bisa-bisa membuat anda kesal.
Tidak ada yang membuat saya merasa dibandingkan. Saya saja yang membanding-bandingkannya sendiri. Yang itu berarti saya merasa kesal pada diri saya yang punya banyak kekurangan. Kadang hal tersebut membuat saya ingin menarik diri. Tak ingin lagi menatap matahari, hanya mengintipnya melalui celah jendela yang separuh terbuka.
Namun saya sayang pada matahari, saya singkap tirai ini, saya sapa dia kembali. Seperti biasa.
Hari-hari yang saya lalui bersama sinarnya. Yaa, kadang klik kadang krik. Berbalik-balik. Mencita-citakan hal yang sama dan suka bermimpi, kemudian mewujudkannya.
Saya kembali mengingat saat pertama bertemu dengan matahari. Ruang hampa itu belum sepenuhnya dia kuasai. Jadi memang bukan love at first sight kan? Apa-apaan ini jadi ngmongin cinta? Woh!
Tak ada yang patut dibandingkan, dibenci dan disesali.
Saya ingin terus bermimpi dan meretasnya.
Saya ingin terus ber-klik dan krik.
Saya ingin ruang hampa yang semakin dipompa ini mencapai batas "FULL", bukan berarti setelah FULL terus udah!
Tapi dengan FULL maka akan menciptakan FULL-FULL yang berikutnya.

Intermezo.::09:44::.

Senin, September 7

Tak Diterima=TerAsingKan!

Saya kagum pada anda, tapi saya kurang bisa menghormati anda.
Siapa yang salah ketika merasa tak dapat hormat?
Sejak awal saya diperlakukan seolah tak ada!
Saya hanya bisa diam. Tak pernah melawan.
Membiarkan mulut siapa saja menjejali pikiran anda.
Hingga anda berkesimpulan, saya orang yang tak bisa dipercaya.
Keterasingan selalu anda timbulkan untuk saya rasakan.
Keseganan menyelimuti saya ketika anda menatap.

Ruang itu terlalu keras untuk saya tembus.
Berjalan dibawah bayang-bayang keterasingan berada di dekat anda.

Saya tak mau merepotkan anda.

Dia yang memilih, anda tak dapat memaksa ketika hati merasakannya.
Tolong, cobalah mengerti dan cobalah menerima.
Hidup tak selalu seperti yang anda harapkan.
Dengarlah, saya lelah, diperlakukan ASING!