Rabu, Maret 30

Soda Gembira

Dari banyak kisah, yang terpanjang adalah banyaknya waktu berkelakar di jalanan sekarang. Malam ini begitu berbeda. Selagi dingin-dinginnya, kuhisap minuman menarik ini, pink! Shocking pink! Biasa saja hari-hari yang lalu ketika menikmatinya, namun kali ini lagi-lagi begitu berbeda. Aku haus tapi tak ingin dimasuki mineral. Aku memesan soda gembira. Perjalanan panjang ini kutempuh sekitar tiga dentuman jam kuno, belum pernah! Dan ini namanya cari mati! Tapi, buktinya Tuhan masih mengizinkanku menyesap pink merona ini. Melihat hijau tumbuhan dan mendengarkan suara super elektrik milik mushola sebelah. Juga melangkahkan kaki menuju bangku, kemudian merasakan betapa enaknya duduk bersila.

Ah, awalnya tidak terbayangkan! Akhirnya aku bisa sampai juga disini, dengan kemampuanku sendiri, inilah uji yang seharusnya kulakukan sejak dulu. Menyesal aku selalu bergantung, tapi tak berapa lama sesal itu pergi bersama penguapan dalam proses terjadinya hujan dan awan hitam!

Lelah tetapi belum cukup waktu untuk menyerah. Halo ayah dan ibu, tolonglah jangan berkali-kali tanyakan keadaan anakmu ini, aku baik dan saat ini aku bahagia menuliskannya!

Kemudian malam ini aku dikejutkan oleh sebuah rangkaian dongeng cinta khas negeri Jassica. Oh, kemana saja? Kalimat ini begitu bagus, aku sekali! Tapi, apakah aku boleh menafsirkannya seperti apa yang tengah aku rasakan? Rasanya menyamakannya bukanlah hal yang baik, apalagi ngotot ingin membacanya, aku diam dulu hingga seluruh mendung tersapu gerimis dan tersiangi awan.

Petualangan yang menyenangkan dan satu hal, aku belajar untuk merasakan denyut cinta orang lain. Memperhatikan dan mencerna tiap nyawa yang disuntikkan. Itu bahasa cinta, mereka sedang mengobralnyaa, tersirat namun sarat makna, seperti soda gembira :)

Selasa, Maret 29

Bestie

Di selasar maya kini ribut kembali menerpa. Kantuk yang teramat sangat terkalahkan akhirnya oleh sejumlah sentil yang makin tergosok senja. Sudah lama, merpati itu tak kunjung datang lagi.

Ribuan kata menyesakkan pernah terucap disini, kotak kecil berfungsi ganda. Rindu dan cinta. Rupanya kini mereka tengah beradu, namun manis. Tak bisa tiba-tiba ada isak ataupun gelak, tak ada yang mau, semuanya salah jika terjadi.

Kini berada diatas jalan ini, tapak kaki banyak sekali terukir, napak tilas mau tak mau memelintir. Oh, waktu memang begitu cepat rupanya, tak terasa sudah angka kesekian, tetapi mengapa mendung masih saja menaung? Aku tak boleh kalah, mengejar tak baik memang, tapi apakah diam juga sebuah langkah tepat? Bagaimana kalau aku ada ditengah-tengah? Aku rasa jauh lebih indah :)

Ironi di anak tangga, kini terisi pot bunga, kotak dan kembang gula. Aku harus memilih, akan kemana dulu kaki ini bertapak, atau tangan ini saja yang memolesnya? Keduanya membawaku pada sebuah nostalgia. Satu cinta dan jutaan cerita. Rumit. Sampai sekarangpun, bahkan aku hanya ingin memandangnya saja, menghindar ketika tangan dan kaki ini mulai mendekati ketiganya. Sampan kita memang tak sama, hanya dayung yang bisa menarikku menuju sampanmu. Sampan kehidupan yang entah, tepat atau tidak karena Tuhan maha rencana.

Aku bersungut, sangat geram dengan keberadaan tiga benda ini. Bisakah seseorang tolong simpan dalam tumpukan baju itu. Merah biru dan kuning, diantaranya saja. Agar tetap bisa kutemukan hingga entah kapan.





Selamat beratus hari yang kita lalui, aku ingat semasa di taman kanak-kanak pernah menolongmu kemudian tercebur begitu saja. Namun kita bahagia. Ternyata, kita tak pernah benar-benar bicara bahasa cinta, cuma tangis yang bisa pertemukan kita. Saat bahagia tak terlalu penting, tapi jatuh adalah ramuan pahit luar biasa. Kau teman sejak zaman si preman masih mas Tono! :D

Sabtu, Maret 26

Lelaki Tangguh

Aku teringat kembali pada cerita Ibu, perjuangan mereka menyelamatkanku dari kesesakan di bus ketika lebaran pertama pasca aku dilahirkan. Lelaki ini terengah-engah turun dari bus untuk mengambilku keluar, menghindari hawa penat masuk dan memberi oksigen pada ruang masuknya. Bus butut ini konon selalu membawa mereka saat menuju rumah eyang di Klaten, hanya yang berbeda, kini mereka punya tanggung jawab lebih, membawaku sampai ke Eyang.

Bagaimana bila aku bisa menyaksikan langsung adegan itu ya? Pasti yang aku lihat adalah keringat yang mengucur dari dalam pori-pori lelaki ini. Wajah paniknya dan teriakan permisinya ditengah desakan orang-orang yang tidak rela tempatnya diambil.

Malam ini, lelaki ini begitu berbeda. "Kamu sedang apa?"

"Tugas, gak banyak sih.. butuh konsentrasi aja, sebentar lagi UTS.."

"Ambillah beberapa lembar, bersenang-senang sebentar.."

"......."

Isak tangis pecah, terdengar dari kedua penjuru. Dia lelaki tertangguhku, namun malam ini ia lelaki yang tampaknya akan sulit diterima bila meneteskan airmata. Aku simpulkan, ia memahamiku, setelah 20 tahun rasanya kaku, akhirnya aku tahu si tangguh ini bisa juga cengeng.

"Jangan lupa beli parfum mobil bendera Amerika yaa.."


Baginda raja yang tangguh pun tahu kapan saatnya ia sumbang sedikit perasaan untuk putrinya :)

Jumat, Maret 25

Orange

Pagi ini, aku siapakan cemilan dan teh hangat. Tidak biasanya. Dingin luar biasa, setelah semalam berkutat dengan jalanan yang sepi lancar.

Humn, sebuah pengabdian pada masyarakat bergaung di telinga. Pagi ini pula semuanya akan ditentukan. Bertemu dengan teman seperjuangan di Juli dan Agustus. Berat rasanya, ketika menelan kenyataan, "Kita puasa nggak bareng keluarga.."

Lagi, arti sebuah obrolan panjang, terimakasih The Djough, rupa-rupanya aku yang harus bergerak dulu yaa, semoga penghargaan itu bisa kami raih!

Bapak, Ibu.. Tidak menyangka setelah 20 tahun lamanya, akhirnya 'teman' ada dalam sosok kalian. Pagi ini, aku ingin memulai dengan riang! Kalian yang bilang, "tak pernah ada yang sempurna dari satu tujuan.."

Have a nice weekend you all!


*setelah bersajak, bolehkan saya ketjup basah pipi kalian? :)