Rabu, Desember 24

Kuliah Bersama 23 Decemba

Awalnya saat akan mengikuti kuliah bersama Dasar-dasar Penulisan di ruang seminar, saya merasa mendatangi kuliah tersebut bagai robot, karena tuntutan kewajiban dan absent. Orang-orang yang ambil andil dalam pengadaan kuliah bersama tersebut datang 10 menit setelah saya duduk di deretan depan. Melihat satu orang asing yang dibawa orang-orang tadi, dosen saya tepatnya, saya sedikit interest. Namun rasa ketertarikan itu tak begitu menggugah minat saya untuk sepenuh hati mengikuti kuliah di 23 Desember jam setengah dua tersebut.

Mbak nenden, nama pembicara yang tadi terlihat asing tersebut mulai berbicara. Awalnya biasa saja. Namun semakin lama, pembicaraan wanita alumni UGM angkatan 1995 ini terasa menggugah dan menarik minat saya. Dia wanita yang smart! Itu yang pertama kali ada di benak saya setelah ia mengungkapkan pendapatnya terhadap kekritisan mahasiswa komunikasi. Ia mengajarkan bagaimana seharusnya kita yang ada dalam jurusan komunikasi ini berkembang. Organisasi juga wadah yang patut diikuti untuk mengarahkan kita, bagaimana kita lebih mendalami karakter orang lewat organisasi, bagaimana kita menyalurkan pendapat kita dan unek-unek kita, menyanggah dan memang saya akui, peran organisasi dalam kehidupan mendatang memang sangatlah penting begitu mendengar cerita dari mbak Nenden yang notabene adalah editor di VIVAnews.

Saya jadi ingat perbincangan saya dengan ketua KOMAKO UGM, lelaki bernama lengkap Rocky Ismail Panditanegara ini dulunya adalah mahasiswa pada umumnya, yang setelah lulus SMA mencoba beradaptasi pada dinamika perkuliahan. Sejak ia SMA, ia telah mencoba segala hal dari yang baik sampai yang terburuk. Ia tidak menyesal pernah mencoba hal-hal baru yang berdatangan. Ia menjadikannya pengalaman, dan tidak pernah menyesal telah mencobanya. Ia malah bangga, dengan pengalaman terburuk sekalipun ia dapat belajar. Sekaranglah saatnya ia menerapkan apa yang telah ia pelajari di fase sebelumnya. Ia aktif dalam organisasi, bahkan terpilih menjadi ketua Korps Mahasiswa Komunikasi, tanggung jawabnya besar. Semua orang mengharapkannya siap dalam hal apapun, tak peduli ia sedang sakit, pacaran ataupun menyalurkan hobi futsalnya, ia dituntut untuk bertanggung jawab dan siap. Yang saya salutkan dari perbincangan singkat tersebut ia berujuar,” pokoknya lakukan yang terbaik dan persiapkan yang terburuk. Segala hal yang kita lakukan sudah semestinya adalah yang terbaik, dan persiapkanlah yang terburuk, jadi kamu nggak akan menyesal di kemudian harinya bila apa yang kamu lakukan nggak sesuai dengan harapan.” Kak Rocky juga menambahkan bahwa kita seharusnya tidak berada dalam keadaan yang nyaman dan itu-itu saja. Cobalah hal-hal baru, niscaya dari situ kita akan belajar lebih banyak.
Yah, contoh riil yang relevan dengan seminar yang saya ikuti kali ini. Dari semua pembicaraan mbak Nenden yang intinya adalah mengharapkan kita untuk move on dan tidak stuck dalam keadaan aman dan nyaman saja. Mulai mencoba terkoneksi dengan jaringan global agar kita selalu update. Dari situlah, saya berkata pada diri sendiri, I must! Buat apa saya kuliah jauh-jauh kalau hanya ingin cepat lulus dan mendapat gelar saja? Yah, saya harus bergerak.

Dari seminar ini, saya merasa kecil, merasa merugi, “Kemana saja saya selama ini???” batin saya berteriak.

2 komentar:

nJonC Momoy mengatakan...

bener banged kata kakaknya Amel, tp quote-nya agaG2 ganjel bwt gw..
kalo kakaknya Amel bilang, "Lakukan yg terbaik dan harapkan yg terburuk, jadi kamu gaG akan menyesal bila apa yg kamu lakukan gaG sesuai dgn harapan".
Sedangkan kalo prinsip gw :
"Do the Best, Hope the Greatest, and Prepare for the WORST".
Buat gw nglakuin yg terbaik yg kita bisa adlh harus,tanpa berusaha dgn sebaik2nya dan sungguh2 kita gaG mungkin bs dapet apa yg kita inginkan,
Hope the Greatest, gw mst pny harapan yg tinggi, krn tanpa mimpi yg besar dan harapan yg tinggi kita jd gampank puas dgn pencapaian kita skarang,n gaG akan pnh siap dgn sswtu yg bsr yg sdang mnunggu kita,
Jangan berharap yg terburuk,tp kita mst bhrp yg terbaik, tp ttp kita mst prepare for the WORST,biar kita siap dan tau apa yg hrs dilakukan kalo smua hal yg udah kita usahain n rencanain gaG berjalan spt yg kita mau..

"Do the BEST, Hope the Greatest, and Prepare for the WORST.."
That's what my dad and my brother always said to me..


/N'JonÇ a.k.a Momoy - The Son of HH Sahid - //

Dimas Prast mengatakan...

Bagus!

:)