Sabtu, Januari 16

Sekaten

Alunan musik dangdut yang mengitari kamar ini mengingatkan saya pada sekaten tahun lalu.

Musik dangdut ini saya dapatkan dari seorang ahli bicara. Seorang yang supel dan banyak temannya. Seorang wanita berparas tegas, lincah dan tangkas. Kini saya merindukannya. Kami sudah jarang lagi bersua. Dan lagi jarang berbagi cerita. Mungkin lagi-lagi kepentingan yang berhak untuk buka suara, memisahkan untuk mempertemukan. Suatu saat.

Inilah tempat dimana pertama kalinya kami bermain bersama walau tak menjajal apapun yang disajikan di dalamnya, tempat ketika kami masih sering bersenang-senang bersama. Saya dan mereka. Berlima beramai-ramai memenuhi sekaten yang menjadi hal baru, untuk saya khususnya.

Sebagai penyempurna, ada sosok yang selalu saya rindukan disana. Di tengah-tengah kami ia berdiri, perkasa. Karena sangat tinggi dan berkuasa. Ketika itu, saya sangat bersyukur mendapatkan waktu bersamanya, sulit sekali ketika itu mengagendakan untuk sekedar makan di mana, membeli apa dan berjalan beriringan. Bahkan sempat mengabadikan beberapa gambar, sampai sekarangpun masih saya simpan dengan judul "sekaten dan kamu". Saking girangnya saya, kata-kata "kamu" di album itupun menjadi hal yang sangat istimewa dan mungkin saja akan jarang terulang.

***

Kini, sekaten datang lagi. Sekaten yang sepertinya lebih meriah dari yang lalu. Saya senang dan berharap cepat-cepat datang kesana, tanpa ada yang mendahuluinya. Saya ribut ingin berada di dalam kerumunan dan riuhnya permainan. Namun sampai kini, sampai hari kesekian saya belum juga bisa mengunjunginya. Jadi, kapan saya bisa kesana, yaa? Mengulang kejadian yang mungkin sudah tidak selengkap tahun lalu. Tanpa mereka, tanpa ceria.

Tidak ada komentar: