Rabu, September 23

Nyanyian Dunia Nyata

Harus memulai dari mana ketika hendak mengawali pijakan yang terbayang berat .
Sebuah hambatan: ketidaksempurnaan diri menghadapi sebuah kenyataan.

Kembali saya harus menengok ke belakang.
Padahal orang-orang bilang, jangan tengok masa lalu kalau itu membuatmu mundur.
Jangan ikuti peta kemunduran itu ketika dia menyesatkanmu.
Bakar saja, buang saja.
Tapi kali ini saya ingin, saya membutuhkannya.

Melongok kembali jendela ber-trallis abu.
Itu sebuah masa silam. Berdebu.
Masa silam milik siapa saja.
Suram ataupun berbunga.
Pertama mengusapnya, tangan mulai gatal.
Ketika jendela terbuka, kaca pecah bertebaran. Tangan ini terluka.
Akhirnya, saya berhasil memasukinya. Dan hatipun tersayat.

Kini saya memilih kembali tengadah ke depan.
Berjalan merunduk menuju pendewasaan diri yang dibayangi ketidaksempurnaan nyaris sempurna.
Pelan-pelan dengan sayap yang kalap. Tak dapat dibawa terbang.
Belajar dari pengalaman membuka jendela berdebu tadi.

Beberapa pertanyaan terlintas [lagi].
Dengan siapa lagi saya harus berbagi?
Tidak semua orang tahu cerita masa macam apa ini.

Kepada siapa lagi harus meminjam bahu?
Di dunia yang berkedok sempurna, padahal sebaliknya. Rapuh.

Akhirnya, saya harus memilihnya sendiri.
Memilih bahu itu dan bagaimana melalui dunia penuh geliat palsu.
Melalui segala kepalsuan. Kembali sendirian.



thanks to christovelramot.blogspot.com--> untuk gambarnya yg saya culik...

4 komentar:

ridho dido mengatakan...

wowowow.. ermaya maya beraksi kembali.. hehee

Ermaya mengatakan...

hehehehe...wwoooowwwww..tingtoong!
kenapa kamu dok?wew!

lilliperry mengatakan...

no comment, ntar takutnya salah komen.. :D

Anonim mengatakan...

cool. I like the way you disclose your heart