Kamis, April 2

17:12

Sore tadi baru melalui perjalanan di bawah rintik hujan. Melalui kota Jogja yang panas di siang hari. Singgah di sebuah angkringan yang terkenal di dekat stasiun.

Seorang anak kecil menghampiriku, seketika bernyanyi kala hanya berjarak beberapa meter saja dari bengku reyot yang ku duduki. “Hai, gadisku yang cantik, coba lihat aku disini, disini ada aku yang suka padamu…” membuatku geser-geser dari tempat duduk menghindari cipratan hujan dari mulut bocah itu. Dia muncrat! Oh, God!

Dan, di tiap akhir bait lagunya, si bocah tengil itu menambahkan kata, “auw..auw..” menjadi, “Jangan jangan kau menolak cintaku…auw..auw… Jangan jangan kau hancurkan hatiku… Ku yang s’lalu setia menunggu, untuk bilang I Love U padamu auw..auw..auw...auw…” *di lirik terakhir ‘auw’-nya menjadi bertambah banyak*

Bocah yang lincah. Sudah diberi upah atas jasanya menghibur, dia menawarkan sebuah permainan. Permainan kait besi. Entahlah apa namanya itu. Katanya, “kalau Mbak bisa misahin besi yang gandheng ini, tapi jangan dipaksa, berarti Mbak pinter…” *sambil mempraktekan *

Merasa tertantang kucoba mengambil dua besi yang terkait itu dari tangan si bocah dan mencoba melepaskan kaitannya. Oh, susah sekali! Mengapa bocah itu dengan mudahnya memisahkan dua besi ini? Terus ku mencoba sampai si bocah berkata,”jangan dipaksa Mbak kalo nggak bisa,” Empfh, mau di letakkan dimana muka-ku ini. Malu!
Aku menyerah! Kemudian bertanya pada si bocah,

“Sekolah dimana, Dek?”

Ia menjawab dengan santai *masih memegang permainan yang membuatku malu tadi* “Nggak sekolah, Mbak..”

“Kenapa? Umurmu berapa?”

“Yo ndak papa, sepuluh tahun, Mbak…”masih terus memamerkan kecanggihannya memisahkan kaitan dua besi yang tersambung tadi.


Susu jahe hangatku telah terbungkus plastik. Siap dibawa pulang. Aku membungkus karena hari semakin mendekati maghrib. “Ayok, dek! Duluan…”

“Monggo, Mbak…” sambil menguntit di belakang kami, hingga kami memasuki mobil. Ia melambaikan tangannya dan berkata, “Hati-hati, Mbak!”

Bocah kecil malang yang bersemangat.

3 komentar:

blogojan mengatakan...

wow.. its an amazing story to tell i think..

tell it sist..

keep on write..

ridho dido mengatakan...

erma punya hati yang lunak ya ternyata. . hehe

Sayur Lodeh mengatakan...

"Malang" dari sudut penglihatan yang berkelimpahan. Meski mungkin dia bahagia tak terikat harta benda. Hmmm...menakjubkan