Selasa, September 27

Repost



REPOST

Dari beberapa tulisan yang pernah aku bagi, inilah satu-satunya yang terpatri. Sedikit kugubah, semoga tak hilang kesannya.

Dua belas menjadi tiga puluh lima. Perjuangan untuk belajar tak mengikat namun membiarkan sayapnya terkepak. Dan belajar menyadari bahwa kau hebat karena pencapaianmu sendiri. Kau mau dan kau bisa.

------------------------------------------------------------------------------------------------

Ini tentang sebuah catatan cinta. Tentang harumnya nektar mawar yang wangi dari vasnya. Sepenggal cerita dari dua anak adam.

Hari itu, saat beberapa bagian otak tersita untuk berlembar2 ilmu, ada yg berulang. Sebuah bulan yg sama, rintik hujan yg sama. Dan sebuah angka yg sama, dua puluh enam.

Kini dapat kurasakan benar harumnya mawar itu, nikmatnya berlari di bawah hujan dan tidak lagi bernaung. Dia, kini dia telah lepas dari jerat yg mengikat. Dia, kini sudah bisa kujangkau dan terasa lebih dekat.

Kurang lebih tiga puluh lima purnama silam, kami menganyam. Sebuah ikrar untuk dapat berjalan beriringan, tak lagi sendirian. Meretas mimpi yang semakin bening pertanda terwujudkan.

Terimakasih, untuk harumnya mawar yg kau sebar, untuk gerimis terindah yg pernah kudapat.

Selamat tiga puluh lima purnama di dua puluh enam. Tempat, waktu dan suasana telah kita jemput di beberapa saat yg lalu, sambil menikmati keindahan malam di titik daerah yg sakral. Dalam hati aku berujar, "tidak ada yg bisa mengalahkan indahnya malam ini, genapnya tiga puluh lima purnama kami. ." masih dalam lamun dan diam, aku menggenggam tangan dari pria yg kusebut kekasih.

Tidak ada komentar: