Kamis, Juli 9

Potret Buram Yang Terlupa

Hampir sepuluh jam lebih aku menunggu. Bus-bus sudah berlalu lalang semenjak aku ada di halte ini. Bus pertama tadi pun telah kembali, si kondektur bertanya, "Eneng kok belum naik-naik?"

"Saya nunggu orang, pak."

"Oo, hati-hati copet, neng."

"Iya terimakasih, pak."
Berlalu, satu per satu segera berlalu. Beraktivitas kembali tanpa kenal waktu. Dan aku masih disini. Menunggu.

Dimana? Dimana kau? Kondektur itu begitu peduli padaku, menanyakan keadaanku yang tidak ia tahu kenapa. Tapi setidaknya ia mengkhawatirkanku, masih ada yang peduli padaku, pada orang asing.

Sudah hampir 10 jam aku di sini, senja segera menjelang. Begitu setianya aku? Hah! Tak berbalas. Tapi aku masih yakin kau datang.


Gerimis ini menandakan sudah akan malam. Seminggu ini setiap malam pasti hujan. Ya, memang, ini sudah pukul 8. Dan kau tak datang.

Apa artiku? Tak ada lagikah? Remehkah?

Baik, bila jam 9 kau tak kunjung menemuiku, ku ucapkan selamat tinggal.


Tidak ada komentar: