Minggu, Mei 17

Mimpi sang Pemuja

Inilah apa yg kemudian disebut mimpi. Tak selamanya pemuja bisa mendapatkan apa yang di harapkannya. Terkadang begitu sulit diserap nalar, kala apa yg diperbuat terbang, terbawa bayu.

Kasihan memang nasib pemuja yang tak pernah tahu, bahwa segalanya tak berbalas.
Ia tak pernah sadar, bahwa ada orang lain yang jauh lebih pantas di rindukan sang terpuja. Padahal selama ini, ia berharap begitu banyak. Bila tahu kenyataan, pastilah ia akan menelan sejuta kepahitan yang tiba2 hadir menggelayut.

Jangan kau bilang padanya, bahwa si pemuja, kelak, benar2 tak akan mendapatkan apa-apa, termasuk cinta dan rindu dari sang terpuja.
Aku takut ia kecewa.
Aku takut ia tak bisa menghadiri pagi dg senyum bahagia seperti biasa. Satu-satunya yang terbaik adalah membiarkannya tersenyum setiap pagi,tanpa ia tahu kepahitan yang harus di hadapi.

Jahat memang,
tapi aku hanya ingin menilik senyum yg tak ingin dilukai mimpi tak terwujud.


Tetaplah tersenyum, wahai sang pemuja...

1 komentar:

Sayur Lodeh mengatakan...

Lihatlah di negri tempat terbitnya 100 matahari...banyak senyum tanpa luka...tanpa prasangka...jernih, begitu manis.