Sabtu, Januari 10

Penguin


Adakah yang menarik dibalik awan sana. Yang bisa menerimaku sebagai sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang lain dari biasanya. Luar biasa, namun luar biasa yang di luar batas kewajaran. Orang-orang memandang aneh padaku. Seakan aku bak sampah, yang bila mereka melewatinya, kelima jari bekerja sebagai penutup hidung, menggantikan masker.

Aku bagai penguin tanpa lagu cinta. Seperti kurang saat aku tak bisa bernyanyi. Aku tak bisa menarik hati lelaki yang kucinta. Aku hanya bisa menggerakkan kakiku. Bernyanyi dalam diam, senada dengan antukan salju.

Patah. Aku patah arang. Aku memutuskan pergi. Siapa tahu diluar sana, aku bisa menemukan yang lebih ‘aku’.

Aku bertemu dengan seorang yang kabarnya tahu segalanya. Ia mendedikasikan dirinya untuk orang-orang yang ingin tahu masa depan mereka. Aku masih bagai orang asing saat aku berkata padanya, “Apakah kau Tuhan?”

“Hah…siapa itu Tuhan…”

“Yang mengetahui segalanya…”

“Aku tahu segalanya tapi aku bukan Tuhan… Minggir kau orang asing! Satu jambu untuk satu pertanyaan!”

“Tapi kau seperti Tuhan, katanya kau tahu segalanya? Aku ingin bertanya, mengapa aku diciptakan berbeda?”

“Satu jambu untuk satu pertanyaan…Minggir!”

“Kalau begitu. Kau penjahat…”

Demikian, banyak orang mengatakan mereka tahu segalanya. Padahal mereka tidak pernah mengerti aku. Mereka tak mungkin tahu apapun tentang aku, yang bahkan di kucilkan orang-orang terdekatku. Tak ada yang bisa mengerti aku.

1 komentar:

yogiethemetalhead mengatakan...

satu sastrawati baru sdh lahir..