Senin, Januari 24

Halo

"Halo.." sore ini aku sesap teh panas yang mengepulkan rindunya pada bibirku. Lama aku tak menyesapnya lewat cangkir ini. Kerinduan yang sedikit terobati dari sebuah kebiasaan yang telah lama tertinggal saat aku berlari.

"Halo.." sebuah sapaan pembuka lewat telepon. Sangat jarang sekali kita bercengkerama lewat suara yang terhubung dari speaker mini. Menghabiskan rupiah demi rupiah yang berubah menjadi nyawa untuk gadget genggam ini. Sapaan lewat suara memang jarang kita lakukan, kecuali saat special, bagimu dan bagiku. Itu menyenangkan. Aku senang ketika layar ini memperlihatkan namamu, lelaki tengah malamku.

"Halo.." jembatan antara perpisahan. Untuk mulai merangkai kata kembali, mengobrol lagi, bercengkerama dibawah pelukan hujan. Tidak basah, namun hangat. Ditemani cangkir ini, si cangkir hadiah, cangkir tanggung jawab. Kau pasti bisa menebaknya, membayangkannya dan tak mau lagi meminum air dari wadah buluk ini.

"Halo.." aku kusutkan memori dalam ingatan ini. Aku sedang ingin mengenang detil tentang kita. Detil penting yang banyak aku lupakan tentunya. Seperti lagu ketika gerimis Oktober itu sayup-sayup menikam. Membawa kita sampai pada 27 purnama yang perlahan sempurna. Namun, aku ingat ketika genap 24, lagu yang terputar...

I'm falling into memories of you
and things we used to do, follow me there,
a beautiful somewhere, a place that I can share with you

I can tell that you don't know me anymore, It's easy to forget,
sometimes we just forget, And being on this road is anything but sure,
maybe we'll forget, I hope we don't forget.


"Halo.." alas kakiku seperti sudah terbiasa melangkah dengan jelmaan sneakers hitam putihmu. Keduanya seperti sudah cocok dan menempel lama. Mereka akan selalu berjalan beriringan kearah yang sama, dengan keputusan si empunya yang selalu saja melontarkan kata 'terserah' saat memilih tempat rehat sejenak mengisi perut lapar ;)

"Halo.." aku diam mematung disini menunggu detik yang pasti akan segera datang. Sepatu kita tidak akan menuju kearah yang sama lagi. Ada batas antara kita nanti, kau yang mengejar masa depan sambil bersabar dan aku yang masih mengabdi pada kota ini, untukku nanti agar sekaligus menjadi harapan membanggakan. Sedianya, aku akan tinggal dan kau pasti pergi.

"Halo.." hanya saja tengoklah aku. Meski sempat tidak datang dengan sekedip mata mengerling. Paling tidak, kau tak hanyut dalam roda itu, roda baru yang menyambutmu hangat. Roda yang selama ini menjadi harapanmu yang menjadi simbol kemapanan seseorang. Ingatkan pada telpon genggammu agar memberi kabar padaku nanti, semuanya yang menyenangkan. Dan segalanya yang membuatmu gundah, meredupkan semangatmu. Aku selalu suka mendengarkan semua ceritamu, lelaki yang tak pernah mengeluh.

"Halo.." ada yang mendesak ingin keluar. Perih yang berasal dari kelopak mata, ia memerah. Kuseka dan berlalu. Aku ditikam takut. Aku sendiri, dengan cangkir yang merindukanmu. Memintamu menyeduh, sebentar saja. Kemarilah, kita duduk bersama, meminumnya.

5 komentar:

ridho dido mengatakan...

errr.. terasa perih dihati mengikuti untaian kata yang km rangkai.. tak kenal dengan sang pelaku, namun turut perih.. mungkin karena sama sama memiliki rasa takut, sedih, dan hampa, ketika membayangkan tiada kekasih hati disisi kita lagi

Julia Alela mengatakan...

ahahaha..HALO yang kedua emmaaaa, halo yang keduaa..kriing halo! yeay, you hi!

Ermaya mengatakan...

Thank you Eya and Idok.. Kecup basah for both of you ;)

ridho dido mengatakan...

Ehh,, ey,, aku dikecup basah ama erma.. boleh yaa,, ya ya ya ya^^

Ermaya mengatakan...

hahahaha! yaudah eya aja yg aku kecup sampe buasaaahh! :p