Di mulut pantai itu kau mengucapkan angan-angan. Sebuah harapan datangnya esok yang belum tertebak. Perlahan kau menuju kedalaman airnya, kau isyaratkan sebuah aksara cinta. Kau tiupkan namaku disela gemuruh angin.
Kaosmu yang sudah basah sebagian. Bayanganmu yang lurus ditempa matahari. Lalu kau duduk diatas karang itu. Berpose lucu dengan ekspresi yang datar. Aku menertawakanmu, tapi hatiku tersenyum dan hendak menangis menakuti prasangka yang sering muncul.
Jangan sampai kau hapus dirimu dari hati ini, seperti pelukis yang sesuka hati melapisi warna demi warna diatas kanvas, kemudian tak menghiraukannya lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar