Adalah sebuah awan yang lembut dan sabar diterpa hujan, adalah kau yang setia merawatku saat sedang terbaring tak ada daya. Sempat aku berpikir, bagaimana bila kemarin kau benar-benar pergi? Setelah semua moment ini terlewati, apa mudah menghapusnya?
Kau yang hapus air mata di sudut lelah ini. Setiap kata yang mengalir adalah semangat berapi. Tetes hujan bahkan sanggup menepi memberi jalan padamu untuk berbagi. Ah, kini aku sungguh dusta bila berkata tak ingin dekat berdua kamu di sisa waktu ini.
Esok, bila saatnya tiba tak bisa aku meraba apa yang berlaku padaku.
Kau jelas seseorang yang benar-benar mengubahku, yang bisa merangkai bunga sekaligus sendu. Tapi kau bukan hanya milikku, masih banyak yang membutuhkanmu. Kelak anakmu, entah beribu aku atau musim semi yang terpaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar