Perjuangan Itupun Mengunduh Hasilnya
Tidak peduli dengan sengatan sakit yang bertubi kau rasakan. Dinginnya cuaca yang menusuk tulang belulang. Dengan setia, kau terus pantau dengan tajam beribu huruf yang membentang.
Sayangnya, aku jarang berada di sisimu. Jika saja satu atap menakdirkan, segelas teh bercampur lemon tersedia untukmu. Kubuat dengan campuran kasih sayang. Untukmu yang tengah berjuang.
Demi sebuah gelar ideal bagi seseorang, tak kau katupkan sedikitpun mata itu, tak kau istirahatkan bahu yang terus ditempa ngilu. Kau mantap berlari, mengejar apa yang disebut akhir.
Aku tak pernah bisa memberi apapun disela perjuanganmu, hanya seucap kata semangat yang telontar. Kuharap, energimu akan terisi penuh sampai kau rasa sudah saatnya berhenti. Dengan idealisme dan paham tentang kepunyaanmu, kuyakin tidak ada yang bisa membantah. Tak seorangpun.
Disini, jujur aku iri. Mengapa tak bisa sepertimu? Semestinya aku serap ilmu dan semangatmu, tapi hal ini berbeda. Aku tak punya apapun, bahkan daya untuk menangkal hal yang tak sejalan denganku. Aku ingin bisa setangguh kamu. Tapi, nyatanya jalan cerita kita lain. Meski begitu, tak henti aku hempaskan iri itu. Aku tak mau mengganggu konsentrasimu. Kau yang sebentar lagi semakin maju, pasti akan menabuh gema kelegaan.
Tiba saatnya hari dimana kau berkata, SELESAI! Tidak bisa kugambarkan perasaan itu selain mengucap selamat kepadamu. Akhirnya, ksatria yang nyaris menyerahpun mengunduh hasilnya. Sebuah perjuangan dari hati. Tak lekas menyerah pada amarah. Perjuangan itupun membuahkan hasil yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar