Aku rindu, barisan kalimat manis yang kau buat.
Kau beri judul pengulangan. Inilah detil lain yang sedang aku ingat.
Namun aku terluka melihat barisan kata sakit hatimu, bercerita tentang sayap patah. Jemariku beku, mataku perih. Dalam diam aku menangis. Sedih sekali. Aku jadi ingat kau pernah bilang, wanita menangis sendirian ketika malam menikam hati yang semak. Iya, hatiku sakit, tengah menangis di semak belukar setinggi pilar.
Aku berpikir dan bertanya pada pikir yang bisa menjawab. Bagaimana bila satu hati merangkul dua hati yang lain? Butuh legowo untuk membaginya, memusingkan keduanya. Namun tetap ada yang tempat yang lebih besar untuk salah satunya, itu pasti.
Aku tidak memiliki pemahaman yang besar untuk hati yang memiliki cabang. Seperti ada bagian dari diriku yang tak rela bila masa lain turut ambil bagian.
Namun, semuanya pernah terjadi. Dulu sekali.
Aku masih mengingatnya hingga kini. Bukan tak memaafkan, hanya menemukan sedih luar biasa dalam sanubari yang tak memiliki pengertian setara Tuhan.
Yogyakarta, ketika hujan memeluk dan leleran mencair..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar