Kebimbangan itu sempat menerpa. Menggelayut kala lelaki pemanis sukma melantunkan kalam. Terdengar bagai ayat Tuhan tentang usaha dan cinta dua anak manusia. Duduk bersisihan di bawah guyuran gerimis. Memandang tanah lapang dan gambaran istana.
Sempat pula air mutiara ini jatuh, antara bimbang dan terharu. Antara lelaki pemanis sukma dan masa lalu tanpa cahaya.
Lelaki pemanis sukma mampu membacanya. Ia meyakinkan sungguh-sungguh.
“Apalagi yang kau ragukan wahai baiduri biru? ”
“Aku masih takut,”
Lelaki pemanis sukma itu terus meyakinkan. Hingga sampai pada suatu kepercayaan. Tak seketika namun melalui berbagai lantun syahdu peyakin hati.
Ia mampu! Ia bisa membuka hati ini, percuma mengharap masa lalu tanpa cahaya, ia sudah lesap, meresap ditelan tanah bau basah.
Akhirnya, di tengah-tengah lagu cinta yang masih misteri,
“bimbing aku, menjalani hari bersamamu…”
Dan sekarang, sampai pada purnama kelima, lelaki pemanis sukma masih ada. Ia tak seperti masa lalu tanpa cahaya. Berbeda!
2 komentar:
ooh.
beneran deh.
terkadang aku merinding baca blog mu er..
kalimatmu punya soul.
Kalimatmu punya power.
Kalimatmu punya nada.
keep it up er.. ^^
terimakasih, dok..huahahaha...
*malu..maluu*
Posting Komentar