Selasa, Desember 30
Kejadian di Penghujung Tahun Baru
Serangkaian kejadian yang menegangkan terjadi di penghujung tahun. Stasiun menjadi saksi segelintir perjuangan mengejar kereta api. Beberapa peristiwa mengejutkan yang tak diharapkan bertubi-tubi datang.
Kawanku? Sudah berapa hari kita tak bertemu? Kalian ingat saat salah satu dari kita berjuang mengejar kereta? Jam 8.05 ia baru sampai di stasiun, yang kita semua tahu, bukankah keretanya di jadwalkan jam 8.00 malam? Aku tertawa tertahan bila mengingatnya.
Cut Medika menelepon saat kita sedang ngebut di macetnya Jogja. Ia berkata sambil menangis, “Gue ketinggalan kereta.”
Kita tak berpikir apa-apa lagi dan hanya fokus pada satu tujuan, sampai stasiun dan menenangkanmu, Cut. Hingga Cuplis Hyundai pun jadi korban di jalan. Pantatnya tergores oleh benturan dari kendaraan lain. Tak peduli yang penting kami sampai padamu. Memelukmu dan menenangkanmu.
Berlari-lari di iringi klakson mobil-mobil di parkiran stasiun yang melihat kami seakan ingin menabrakkan diri kea rah mereka. Padahal pikiran kami hanya satu. Kau dimana, Cut?
Kami menemukanmu di lobi stasiun, tempat keberangkatan kereta. Kau tengah menangis di antara barang bawaanmu yang telah kau persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Kami pun menemanimu membeli tiket kereta yang meninggalkanmu itu. Kami tahu perasaanmu, Cut. Perjuangan dari seorang Cut Medika untuk pulang pada keluarga dan teman-teman. Juga kerinduan akan senyum Gentur Mesubudhi, seakan memupus segala lelah seharian dalam panas antrian kala itu.
Kami tahu perasaanmu, Cut. Kami turut merasakan kesedihanmu. Jangan dulu kau beritahu orangtuamu. Siapa tahu kami bisa bantu. Kami takut, kau akan disulut rokok lagi oleh ayahmu. Kami tak mau kau terluka.
Datanglah pertanggungjawaban dari seorang yang turut andil dalam penghantaranmu ke stasiun. Saat kami menenangkanmu, ia menyodorkan tiket kereta pertanggungjawaban. Kau tersenyum. Senyum yang menggeser kesedihanmu. Kau berterimakasih padanya dan bersiap berangkat.
Kami sedih, Cut. Rasanya seperti akan berpisah lama. Kami titipkan kau pada bapak-bapak di sebelahmu yang terlihat wibawa. Semoga ia benar-benar menjagakanmu untuk kami.
Subuh kami menerima kabar darimu. Katamu, “Hey, jogjies… (jijik banget gue ucapin kalimat itu). Cume gadis pendiam dan pemalu sudah sampai
dengan selamat tanpa cacat mental. Nggak akan terlupa kejadian semalem. Kalian yang terbaik.”
“That’s what friend are for, Cut…”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
hehe...
ngopo e si cume ni?
ditinggal di stasiun atw di jemput tapi telat?
ehe... kata2mu sungguh mengawang-ngawang di langit-langit...
Posting Komentar