Layangan hari yang terulur hingga pagi ini begitu panjang. Pijakan detik menuju perpindahan waktu membawa dua anak manusia semestinya menengadah.
Kembali pada silam dan terawang. Perjuangan dan rasa. Aku tak tahu akan menyebutnya apa, yang aku tahu hanya kau dan ikat itu sudah lama lepas.
Kini aku kembali membaca beberapa jejak tinta yang sedikit tersentuh laba-laba. Waktu begitu cepat melompat, kita bertumbuh pesat.
Entah telah berapa mawar pernah kau petik dari pohonnya. Entah berapa duri yang menempel di tangkainya dan membekas luka.
Waktu ini, ditemani sebaran embun wajib pagi, sungguh aku ingin bilang, apapun yg berlaku pada kita nanti, jangan pernah lupa bahwa kita pernah ada dalam satu bingkai foto, tersenyum dan melihat masa yang cerah. Dengan rotan dan rajutan. Dibubuhi nektar mawar yang harumnya selalu dapat kuhirup tiap kau membelakang.
Jangan pernah ragu untuk menyapaku bila nantinya rotan dan rajutan tak bisa beriringan berada dalam satu jalinan.
Aku tahu, harapan ini selalu bisa dipatahkan kapanpun. Dan siapapun tak bisa memaksa.
Namun, tak ada salahnya bermimpi indah. Mimpiku, bersamamu dalam sisa nafas yang entah sampai kapan akan dipinjamkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar