“Mau ikut B.S.O apa? Ikut yaa... Sibukkan dirimu.”
Kata itulah yang meluncur dari mulut lelaki yang merasa sudah tua saat kami sedang makan malam bersama. Dia, eh, beliau sangat memperhatikan aktivitas perkuliahan saya. Tampak dari sikapnya yang kritis dan memang sering mencekoki saya dengan hal-hal yang realistis dan penting untuk diterapkan. Organisasi…organisasi..dan organisasi. Itu intinya. Masih kurang kesadaran saya dalam berorganisasi. Beliau berkata pada saya, “ Kamu harus lebih pintar dariku. Harus banyak-banyak menggapai hal-hal baru. Gapailah ‘mereka’ selagi kamu masih sempat, nak.”
“Ada tugas apa? Sudah dapat bahannya? Ada buku yang perlu dicari?” begitulah setiap saya mengeluhkan tugas yang sangat banyak dan menjadikan pikiran saya bercabang. Beliau seperti siap membantu, walau tak pernah punya waktu banyak, namun selalu beliau sempatkan untuk menanyakan hal tersebut. Beliau bisa dibilang panutan. Bisa pula dibilang orang yang berpengaruh bagi kehidupan saya. Sebut saja papa. Sosok yang tinggi dan disegani orang. Memberikan nuansa kehangatan bila hanya ada kami berdua. Memberikan perhatian dibalik perbincangan yang berbobot. “Sibukkan dirimu, nak. Ikutlah kegiatan yang relevan dan sesuai dengan minatmu. Mengapa aku berkata begini kepadamu? Karena akan bermanfaat bagi kehidupanmu kelak. Karena aku menyayangimu, aku ingin melihatmu menjadi orang yang berhasil.”
Begitulah, beliau jarang merengkuh saya di tiap waktu. Namun beliau selalu ada dalam rangkaian langkah ini. Karena beliau, “lelaki di batas mimpi…”
2 komentar:
ROCKYYY yeeaaahh!!!
rock and roll!! opo iki...
sing jelas klo km emg ngerasa nyaman dgn sikap itu ya baguslah,nak ketika saya mencoba melakukan sikap yg sama seperti "beliau" pada wanita yg berbeda mungkin agak sulit sekali... entah mengapa...
hmmm...hmm...:p
aku merasakan apa yah saat ituh??
Posting Komentar