Sungguh, aku senang kau tertawa kembali. Aku senang melihatmu seperti itu. Mirip ketika kita mainkan beragam musik yang kau putar di mobilmu. Bernyanyi bersama dan berkali-kali tertawa karena sumbangnya suara. Namun, aku tak suka jika kau menengok sebelahmu, menatap langit dan tersenyum. Aku mulai paham, kau kehilangan. Tak ada lagi yang menawarimu tissue untuk bersihkan tanganmu yang iseng menyentuh segala sesuatu yang terlihat menarik mata.
Akupun rindu.
Namun, kini aku semakin sulit memahaminya. Mendengar tawa yang pecah dan merasakan isak tangis disela-selanya. Seandainya saja rindu ini bisa kupelajari lebih dalam lagi. Tetapi, segalanya sudah telanjur pergi, terlalu cepat. Kau tahu? Aku selalu memimpikanmu, di pantai yang sama di kaki lima tempat kesukaan kita saat makan siang. Tempat dimana hanya ada hangatnya kenangan. Apakah ada bahagia yang melebihi mimpi ini?
Kau segala waktu dan peristiwa di lorong masa lalu. Meninggalkan kenangan, menyisakan rahasia dan mengabadikan rindu.